Sabtu, 01 Oktober 2011

3 TUGAS JOURNAL - METODE RISET

Nama : Yuni Anita
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699







1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DESA

Gregorius Sahdan
Maret, 2005

TEMA
Rakyat dan Kemiskinan

LATAR BELAKANG MASALAH :

FENOMENA
Rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia.Secara menyeluruh Dan kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Sehingga menyebabkan :


RISET PENELITIAN
- Tahun 1998 dari 49,5 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia
sekitar 60%-nya (29,7 juta jiwa) tinggal di daerah pedesaan
- Tahun 1999, prosentase angka kemiskinan mengalami penurunan
dari 49,5 juta jiwa menjadi 37,5 juta jiwa.
- Prosentase kemiskinan di daerah perkotaan mengalami penurunan, tetapi
prosentase kemiskinan di daerah pedesaan justru mengalami peningkatan
dari 60% tahun 1998 menjadi 67% tahun 1999 sebesar 25,1 juta jiwa,
sementara di daerah perkotaan hanya mencapai 12,4 juta jiwa (Data
BAPPENAS, 2004).
- laporan Kompas tahun 2004 yang menyajikan bahwa lebih dari 60% penduduk
miskin Indonesia tinggal di daerah pedesaan



MOTIVASI PENELITIAN
Merubah pola penanggulangan kemiskinan yang selama 3 dekade telah salah sehingga keberlanjutannya sangat bergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Yaitu dengan cara :
o Meningkatkan mutu sumber daya manusia desa melalui pendidikan
formal dan nonformal;
o Meningkatkan ketersediaan sumber-sumber biaya pembangunan desa
dengan alokasi anggaran yang jelas dari pusat, provinsi dan
kabupaten;
o Menata lembaga pemerintahan desa yang lebih efektif dan
demokratis;
o Membangun sistem regulasi (PERDes) yang jelas dan tegas;
o mewujudkan otonomi desa untuk memberikan ruang partisipasi dan
kreativitas masyarakat;
o Mengurangi praktek korupsi di birokrasi pemerintah desa melalui
penerapan tatanan pemerintahan yang baik;
o Menciptakan sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih,
akuntabel, transparan, efisien dan berwibawa;
o meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam pengambilan
kebijakan publik;
o memberikan ruang yang cukup luas bagi keterlibatan perempuan dalam
proses pengambilan kebijakan publik.





MASALAH
- Anak – anak desa miskin akan pendidikan yang berkualitas
- Kesulitan membiayai kesehatan,
- Kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi,
- Kurangnya akses ke pelayanan publik,
- Kurangnya lapangan pekerjaan,
- Kurangnya jaminan sosial dan perlindungan
- Terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota,
- Dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat
memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas


TUJUAN PENELITIAN
- Meningkatkan mutu sumber daya manusia desa melalui pendidikan formal
dan nonformal;
- Meningkatkan ketersediaan sumber-sumber biaya pembangunan desa dengan
alokasi anggaran yang jelas dari pusat, provinsi dan kabupaten;
- Menata lembaga pemerintahan desa yang lebih efektif dan
demokratis;membangun sistem regulasi (PERDes) yang jelas dan tegas;
mewujudkan otonomi desa untuk memberikan ruang partisipasi dan
kreativitas masyarakat;
- Mengurangi praktek korupsi di birokrasi pemerintah desa melalui
penerapan tatanan pemerintahan yang baik;
- Menciptakan sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih, akuntabel,
transparan, efisien dan berwibawa;
- Meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam pengambilan kebijakan
publik;
- Memberikan ruang yang cukup luas bagi keterlibatan perempuan dalam
proses pengambilan kebijakan publik.




METODELOGI
Bertujuan mengantisipasi kenaikan tingkat kemiskinan desa


DATA SAMPEL
Populasi masyarakat desa



TAHAPAN PENELITIAN
Data yang dihimpun UNSFIR menggambarkan bahwa dalam waktu 3 tahun (1997-2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan korban 10.700 orang, dan lebih dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah pengungsi cenderung menurun, tetapi pada tahun 2001 diperkirakan masih ada lebih dari 850.000 pengungsi di berbagai daerah konflik; lemahnya partisipasi. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog dan lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan.


MODEL PENELTIAN














2. PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN
DI PROPINSI DIY



Awan Santosa, Dadit G. Hidayat, dan Puthut Indroyono

TEMA
Rakyat dan Kemiskinan

LATAR BELAKANG MASALAH


FENOMENA
- Desa tertinggal yang semakin membutuhkan pembaharuan
- Kemiskinan perkotaan semakin menjadi perhatian pemerintah setempat


RISET PENELITIAN
- September 2002 – Januari 2003
Penelitian menggunakan data primer melalui wawancara langsung (in-depth
Interview) dengan penerima program Pengambilan sampel dilakukan secara
acak (random sampling).


MOTIVASI PENELITIAN
- Menjadikan masyarakat DI Yogayakarta bebas dari kemiskinan yang melanda
- Mengembangkan sektor ekonomi pertanian, perdagangan, dan pariwisata




MASALAH
- Masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat DI Yogyakarta
- Tingkat kemiskinan yang masih belum berkurang
- Pendidikan rakyat yang masih sangat terbatas
- Kepercayaan masyarakat yg masih sangat primitif sehingga
mengabaikan teknologi


TUJUAN PENELITIAN
- Mengefisiensikan tujuan tujuan program penganggulangan kemiskinan
- Penyaluran dana yang tepat bagi lapisan rakyat yang membutuhkan
- Mengikis tingkat desa tertinggal



METODELOGI
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program IDT, PPK, dan P2KP serta program padat karya dalam meningkatkan pendapatan penerima program dan menurunkan tingkat kemiskinan penerima program, serta untuk mengevaluasi tingkat efisiensi penyaluran dana setiap program dan tingkat kelangsungan dana program yang dilaksanakan.



DATA SAMPEL
- Populasi masyarakat DI Yogayakarta Desa Inpres Tertinggal
- Populasi program PPK dan P2K




TAHAPAN PENELITIAN
Dengan masih menggunakan sample random, jumlah responden program kerja mandiri (PKM) dalam penelitian ini adalah 80 responden, yang berasal dari 3 jenis program yaitu program IDT, program PPK, dan program P2KP, masing-masing sebesar 38 responden, 32 responden, dan 10 responden. Responden ini diambil dari 6 desa di 5 kabupaten/kota di wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Empat lokasi pertama berada di lingkungan perdesaan di empat kabupaten di propinsi DIY, yaitu desa Karangawen di kabupaten Gunungkidul, desa Srikayangan di kabupaten Kulonprogo, desa Selopamioro di kabupaten Bantul, dan desa Sambirejo di kabupaten Sleman. Sedangkan dua lokasi terakhir adalah kelurahan Purwokinanti dan kelurahan Mantrijeron yang berada di daerah perkotaan Yogyakarta.



MODEL PENELITIAN














3. MENANGGULANGI KEMISKINAN DI KOTA CILEGON

Mubyarto

Nopember - 2003



TEMA
Rakyat dan Kemiskinan

LATAR BELAKANG MASALAH :

FENOMENA
penduduk yang miskin yang belum memperoleh tingkat kesejahteraan yang “manusiawi” dan masyarakat yang belum memperoleh keadilan sosial.


RISET PENELITIAN
Kota Cilegon adalah kota industri sehingga 64% PDRB disumbang oleh sektor industri pengolahan yang didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (11,1%) dan listrik, gas, dan air minum (10,2%). Ketiga sektor ini saja sudah menyumbang 85,3% dari total PDRB. Sektor listrik yang mendukung langsung industri pengolahan meningkat 37% per tahun (1999-2001).

MOTIVASI PENELITIAN

-Mengurangi Kemiskinan penduduk
-Memajukan sektor ekonomi pertanian, pertambangan, dan penggalian
Industri, Listrik Gas dan Air Minum




MASALAH
Terbukti PDRB per kapita tidak dapat dijadikan ukuran kemakmuran penduduknya karena harus diketahui bagaimana pembagian PDRB atau pendapatan regional dibagi kepada penduduknya.

TUJUAN PENELITIAN

Memajukan dan mengembangkan pembedayaan masyarakat cilegon





METODELOGI
Bertujuan menjadikan Cilegon sebagai daerah industri


DATA SAMPEL
Populasi masyarakat Cilegon




TAHAPAN PENELITIAN
pada tahun 1999, sektor keuangan non-bank hanya 27% dari total keuangan bank dan non-bank, pada tahun 2001 meningkat menjadi 98%. Secara keseluruhan peranan sumbangan sektor keuangan menurun dari Rp 47,3 milyar tahun 1999 menjadi hanya Rp 21,4 milyar tahun 2001 atau kurang dari separo. Sumbangan sektoral terbesar pada pertumbuhan PDRB adalah sektor listrik, gas, dan air minum (22%), sedangkan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan –3,1%.



MODEL PENELTIAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar