Nama : Yuni Anita
NPM : 13209699
Kelas : 3EA10
Ibu Susi, seorang pengusaha di Tanjung Priok, Jakarta, yang menekuni produksi sabun cair berbagai jenis menanyakan kepada saya tentang strategi yang harus dilakukan agar produk - produkya laku di pasar. Pasalnya, usaha yang digelutinya selama ini tidak mengalami kemajuan yang berarti setelah beberapa tahun ditekuni.
Saat ini beliau sedang menyiapkan produk baru dalam kemasan yang berbeda yaitu sabun cair kemasan 1 liter. Pertanyaan beliau kepada saya "apakah langkah saya sudah tepat? Menurut pak Heppy apakah produk ini akan mampu meningkatkan omzet perusahaan saya secara signifikan?"
Inovasi, seperti yang dilakukan oleh Ibu Susi adalah sebuah keniscayaan dalam bisnis, malahan kalau kita hendak menyederhanakan pemikiran, berbicara mengenai fungsi bisnis sebenarnya hanya ada dua saja yaitu Inovasi dan Marketing.
Inovasi harus selalu dilakukan karena pasar selalu bergerak, kompetisi selalu bergerak, dan keinginan konsumen juga selalu bergerak. Kalau Indofood, Wingsfood, Unilever, dan pemain-pemain yang sudah besar juga melakukan inovasi dan meluncurkan produk-produk baru setiap hari mengapa kita tidak?
Sekarang pertanyaannya adalah apakah produk baru kita akan diterima pasar dan mampu mendongkrak penjualan kita atau tidak? Inovasi yang akan menghasilkan produk yang disukai konsumen adalah inovasi yang terjadi di pasar, bukan yang terjadi di laboratorium. Saya sering mengatakan bahwa salah satu kegagalan bisnis adalah karena obsesi kita kepada produk yang akan kita jual, karena kita terlalu menyukai ide kita, kita menganggap bahwa ide kita adalah ide yang brilian.
Artinya, banyak kegagalan bisnis yang disebabkan karena produknya sangat disukai oleh kita sendiri tetapi tidak disukai oleh konsumen! Inovasi yang efektif adalah inovasi yang merupakan hasil perbincangan kita dengan konsumen, hasil "conversation" dengan mereka, hasil dari proses untuk mengetahui apa "keinginan tersembunyi" mereka.
Banyak pendekatan yang biasa dilakukan oleh perusahaan dalam melahirkan produk dan jasa, untuk mengetahui customer behaviour dan mendapatkan consumer insight dengan berbagai pendekatan, mulai dari memakai jasa survey yang sangat mahal, melakukan focus group discussion sampai dengan metode kuesioner yang banyak kita jumpai.
Begitu pentingnya pekerjaan mengetahui "keinginan konsumen" ini bahkan beberapa perusahaan memiliki organisasi tersendiri dan anggaran yang sangat besar untuk urusan ini. Unilever membangun organisasi yang melibatkan 400 Insight Manager dengan investasi tak kurang dari 300 juta Euro.
Lantas, apakah kita juga harus melakukan dengan anggaran yang begitu besar untuk berhasil? Jawabannya tentu tidak! Bahkan semua metode yang kita sebutkan di atas tidak menjamin bahwa kita mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.
Pendekatan formal seperti yang saya sebutkan di atas bahkan cenderung melewatkan hal-hal yang sebenarnya terjadi di lapangan, apalagi jika semua pendekatan formal tersebut dihubungkan dengan iming-iming insentif yang akan diberikan kepada responden.
Apa yang harus Ibu Susi lakukan adalah "berbicara dengan konsumen", Ibu Susi harus selalu memasang mata Ibu, memasang telinga Ibu, dan menghidupkan hati ibu untuk selalu memantau apapun yang berhubungan dengan keinginan konsumen, motivasi konsumen, ataupun ketidak puasan konsumen.
Melakukan "pembicaraan dengan konsumen" yang saya maksud adalah melakukan pembicaraan dengan sebenarnya, dengan cara yang natural, berbicara ketika mereka berbelanja, ketika mereka mencuci, ketika mereka arisan, ketika mereka mengembalikan produk, ketika mereka mengantarkan anak di sekolah. Apapun, intinya ketika mereka dalam situasi natural sehari-hari, mengamati mereka dalam habitat aslinya.
Perusahaan-perusahaan besar di dunia melakukan hal tersebut, bahkan ada di antara mereka yang menugaskan Direksinya untuk tinggal selama beberapa minggu di rumah konsumen untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di lapangan dan mengetahui keinginan tersembunyi mereka.
Dalam melahirkan dan melakukan inovasi produk pada salah satu perusahaan saya Balimuda Food yang memproduksi berbagai makanan seperti mashed potato merk POTAYO, kripik kentang asli merk DIENG, dan berbagai produk lainnya yang dikembangkan. Data dari lembaga survey saya gunakan pada saat saya memilih produk pertama kali, pada saat product invention, terutama untuk mengetahui market size dan growth-nya, namun selebihnya saya lebih mengandalkan "conversation with customer". Buat saya, hal ini lebih murah, lebih akurat, lebih insightful, dan lebih menggairahkan karena saya dapat melihat ekspresi mereka ketika mereka berbicara.
Semakin banyak kita "berbicara dengan konsumen" semakin kita bisa merasakan kepedihan mereka, semakin jelas kita mengetahui apa yang diinginkan oleh mereka. Bagaikan melihat lukisan mozaik, semakin banyak partikel yang membentuk lukisan tersebut maka semakin jelas bentuk lukisan yang dihasilkan.
Mengetahui apa yang diinginkan konsumen bukan pekerjaan mudah, namun juga tidak selalu mengharuskan penggunaan metodologi yang rumit. "Berbicaralah dengan mereka", ketahui keinginan mereka. Mengetahui apa yang diinginkan konsumen, menyiapkan produknya, dan memberikan produk tersebut kepada mereka, itulah kunci sukses bisnis anda!
Referensi : http://iibf-indonesia.com/iibf/index.php?option=com_content&view=article&id=64:articles-6&catid=48:usually-articles&Itemid=106
Kamis, 20 Oktober 2011
Perilaku Konsumen dan Produsen dalam Kegiatan Ekonomi
Nama : Yuni Anita
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
1. Perilaku Konsumen
Konsumen akan selalu melakukan kegiatan konsumsi, dimana dalam kegiatan konsumsi tersebut akan ada sesuatu yang diinginkan yaitu utilitas. Konsumen akan berusaha mendapatkan utilitas dari setiap kegiatan konsumsi yang dilakukan. Bahkan, konsumen akan berusaha agar utilitas yang diperoleh adalah utilitas maksimum. Utilitas maksimum adalah suatu kegiatan konsumsi konsumen dalam mencapai keseimbangan pasar, yaitu besar pengorbanan yang dikeluarkan sama atau sebanding dengan utilitas yang didapat dari barang yang dikonsumsi. Oleh karena itu, utilitas maksimum sering disebut keseimbangan konsumen.
Utilitas maksimum dalam mengonsumsi atau menggunakan barang dan jasa dapat diidentifikasi dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kardinal (utilitas konsumen dapat diukur dengan angka) denngan menggunakan konsep Marginal Utility (MU), pendekatan ordinal (utilitas konsumen dapat dinyatakan melalui tingkatan-tingkatan utilitas dari tingkat rendah ke tingkat tinggi) dengan menggunakan konsep indifference curve (konsep kurva indiferen), dan garis anggaran (budget line).
++ Pendekatan
Dalam mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang ada dua pendekatan, yaitu:
A. Pendekatan Kardinal
B. Pendekatan Ordinal
A. Pendekatan Kardinal
-Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan misalnya mata uang.
-Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambash kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
-Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (Marginal Utility).
-Berlaku hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility), yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
B. Pendekatan Ordinal
-Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Padakenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.
-Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).
-Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Dimana ciri-ciri kurva indiferens adalah:
1. Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi).
2. Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution).
3. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
++ Konsep Elastisitas
Elastisitas dapat diartikan sebagai derajat kepekaan suatu gejala ekonomi terhadap perubahan gejala ekonomi lain atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kepekaan perubahan kuantitas suatu barang yang disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lain.
Ada 3 (tiga) macam elastisitas, yaitu :
A. Elastisitas Harga (Price Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang itu sendiri.
B. Elastisitas Silang (Cross Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang (barang X) yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang lain (barang Y).
C. Elastisitas Pendapatan/Income, membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan income/pendapatan.
2. Perilaku Produsen
Dalam proses produksi, faktor produksi memiliki hubungan yang sangat erat dengan produk yang dihasilkan. Produk sebagai output (keluaran) dari proses produksi sangat bergantung pada faktor produksi sebagai input (masukan). Semakin besar jumlah faktor produksi (input) yang masuk dalam proses produksi, semakin besar pula jumlah produk (output) yang dihasilkan.
A. Teori Produsen dan Fungsi Produksi
Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya.
Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
"Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn)"
dimana Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X1, X2, X3, ……, Xn adalah berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya biasa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bias memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:
a) Y = a + bX ( fungsi linier)
b) Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
c) Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut:
"The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang)."
Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahansatu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.
B. Produksi Optimal
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y -Px.X, di mana Y = jumlah produk;
PY = harga produk;
X = faktor produksi;
Px = harga factor produksi.
C. Least cost combination
Persoalan least cost combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan.
Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang mensubstitusi. Jadi, selama DX2.P2 > DX1.P1 maka penggantian DX2 oleh DX1 masih menguntungkan.
Rerefensi : http://hidayatgoodboy.blogspot.com/2010/04/perilaku-konsumen-dan-produsen-dalam.html
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
1. Perilaku Konsumen
Konsumen akan selalu melakukan kegiatan konsumsi, dimana dalam kegiatan konsumsi tersebut akan ada sesuatu yang diinginkan yaitu utilitas. Konsumen akan berusaha mendapatkan utilitas dari setiap kegiatan konsumsi yang dilakukan. Bahkan, konsumen akan berusaha agar utilitas yang diperoleh adalah utilitas maksimum. Utilitas maksimum adalah suatu kegiatan konsumsi konsumen dalam mencapai keseimbangan pasar, yaitu besar pengorbanan yang dikeluarkan sama atau sebanding dengan utilitas yang didapat dari barang yang dikonsumsi. Oleh karena itu, utilitas maksimum sering disebut keseimbangan konsumen.
Utilitas maksimum dalam mengonsumsi atau menggunakan barang dan jasa dapat diidentifikasi dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kardinal (utilitas konsumen dapat diukur dengan angka) denngan menggunakan konsep Marginal Utility (MU), pendekatan ordinal (utilitas konsumen dapat dinyatakan melalui tingkatan-tingkatan utilitas dari tingkat rendah ke tingkat tinggi) dengan menggunakan konsep indifference curve (konsep kurva indiferen), dan garis anggaran (budget line).
++ Pendekatan
Dalam mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang ada dua pendekatan, yaitu:
A. Pendekatan Kardinal
B. Pendekatan Ordinal
A. Pendekatan Kardinal
-Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan misalnya mata uang.
-Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambash kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
-Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (Marginal Utility).
-Berlaku hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility), yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
B. Pendekatan Ordinal
-Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Padakenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.
-Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).
-Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Dimana ciri-ciri kurva indiferens adalah:
1. Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi).
2. Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution).
3. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
++ Konsep Elastisitas
Elastisitas dapat diartikan sebagai derajat kepekaan suatu gejala ekonomi terhadap perubahan gejala ekonomi lain atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kepekaan perubahan kuantitas suatu barang yang disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lain.
Ada 3 (tiga) macam elastisitas, yaitu :
A. Elastisitas Harga (Price Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang itu sendiri.
B. Elastisitas Silang (Cross Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang (barang X) yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga barang lain (barang Y).
C. Elastisitas Pendapatan/Income, membahas perbandingan/ratio persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan income/pendapatan.
2. Perilaku Produsen
Dalam proses produksi, faktor produksi memiliki hubungan yang sangat erat dengan produk yang dihasilkan. Produk sebagai output (keluaran) dari proses produksi sangat bergantung pada faktor produksi sebagai input (masukan). Semakin besar jumlah faktor produksi (input) yang masuk dalam proses produksi, semakin besar pula jumlah produk (output) yang dihasilkan.
A. Teori Produsen dan Fungsi Produksi
Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya.
Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
"Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn)"
dimana Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X1, X2, X3, ……, Xn adalah berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya biasa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bias memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:
a) Y = a + bX ( fungsi linier)
b) Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
c) Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut:
"The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang)."
Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahansatu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.
B. Produksi Optimal
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y -Px.X, di mana Y = jumlah produk;
PY = harga produk;
X = faktor produksi;
Px = harga factor produksi.
C. Least cost combination
Persoalan least cost combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan.
Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang mensubstitusi. Jadi, selama DX2.P2 > DX1.P1 maka penggantian DX2 oleh DX1 masih menguntungkan.
Rerefensi : http://hidayatgoodboy.blogspot.com/2010/04/perilaku-konsumen-dan-produsen-dalam.html
TIPS MENGHADAPAI PENJUAL & MENAWAR HARGA
Nama : Yuni Anita
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
Utamanya, faktor paling penting ketika menghadapi seseorang adalah komunikasi. Komunikasi menjadi penghubung antara seseorang dengan yang lain. Bahkan komunikasi menjadi penentu kesuksesan hubungan kita dengan seseorang. Ini juga berlaku dalam transaksi jual beli, dan tentu sekali mempengaruhi kesuksesan kita. Tips berikut mungkin bisa dipakai ketika Anda mau membeli sesuatu:
1.Ketika memasuki toko, cobalah untuk bersikap ramah. Tentunya karakter yang kita tunjukkan akan mempengaruhi penilaian si penjual. Jika pada kesan pertama kita dilihat sebagai orang yang angkuh, maka nafsunya untuk mengeruk uang kita akan bertambah. Sementara jangan pula kita kelihatan terlalu lugu. Nafsunya akan lebih besar lagi. Hahaha.
2.Prioritaskan untuk mengenal si pemilik toko. Kita bisa mulai dengan menanyakan namanya. Prinsipnya, semakin banyak informasi pribadinya yang kita ketahui/kenal, entah itu misalnya siapa kakeknya, bapaknya, istrinya atau selingkuhannya (ga serius nih), pertahanannya akan semakin menurun. Keuntungannya, dia tidak akan mau adu ngotot dengan kita soal harga, wong kegelapannya kita pegang. Hehehe.
3.Prioritas kedua, usahakan untuk mengenal paling tidak salah satu pelayan tokonya. Ini penting karena merekalah yang menghubungkan kita dengan penentu harga (pemilik toko). Bahkan usahakan agar ia terpikat dengan kepribadian Anda yang menarik. Keuntungannya ia akan semakin senang membantu kita, bahkan mungkin membuka rahasia berapa harga yang pantas kita keluarkan untuk suatu produk.
4.Janjikan pada penjual untuk menjalin ikatan lebih lanjut. Maksudnya, janjikan diri Anda menjadi pelanggan setianya. Tentu saja iming-iming ini bukan manipulasi. Anda harus tulus mengatakannya. Sebab penjual tahu juga kalau kita cuma menipunya. Faedahnya, ia akan berusaha meyakinkan bahwa tokonya layak jadi langganan dan mencoba memenuhi apapun keinginan Anda.
5.Balaslah perlakuan konyol penjual dengan halus. Andaikan ia membayar kembalian uang Anda dengan permen, jangan mencak-mencak dan mengatakan, “Bagaimana kalau saya bayarnya pakai permen sekalian!?” Bermurah hatilah pada kelemahan penjual karena tidak punya recehan. Tawarkan untuk menukar uang recehan Anda padanya dengan tulus.
Itu adalah sedikit tips menghadapi pembeli. Nah, bagaimana cara menawar harga suatu barang/produk? Mungkin tips ini bisa Anda pakai:
1.Anda mungkin bisa berpretensi seolah-olah tidak terlalu tertarik pada suatu produk. Ini berguna untuk menunjukkan bahwa Anda masih punya pilihan terhadap penjual lainnya. Efeknya pada penjual, ia akan berusaha agar Anda membeli darinya saja.
2.Tidak ada salahnya mengajukan harga setengah dari harga penawaran. Sebaiknya Anda melakukan ini dengan realistis. Jangan sampai Anda dipikir orang gila karena menawar terlalu rendah. Namun, ini boleh kita lakukan untuk sale-sales yang datang ke rumah kita. Sebabnya, sedapat mungkin merekalah yang berusaha untuk dapat menjual sesuatu pada kita.
3.Kalau Anda orang yang ga tegaan menawar serendah-rendahnya, mintalah agar teman yang menawarnya untuk Anda. Biasanya orang yang merasa ga butuh lebih ‘sadis’ nawarnya. Hihihi. Tips inipun saya lakukan apalagi jika tidak terlalu mengerti soal produk yang akan dibeli.
4.Usahakan untuk tidak mempermainkan penjual dengan menawar barang yang tidak benar-benar akan dibeli. Kalaupun Anda tertarik menanyakan harga, tanyakan dengan lembut dengan mengatakan “Saya berencana membeli ini suatu saat nanti. Berapa harganya ya?” Atau mintalah katalog harga produk yang mereka jual (kalau tersedia).
5.Jika penjual memang tidak mau menurunkan harganya, permisilah baik-baik padanya. Kata hannasyalala sih ini berguna agar kita seolah-olah tidak merasa butuh. Sehingga moga-moga nantinya si penjual menyerah dan menjual dengan harga yang kita minta. Hehehe.
Referensi : http://pargodungan.org/tips-menghadapi-penjual-menawar-harga/
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
Utamanya, faktor paling penting ketika menghadapi seseorang adalah komunikasi. Komunikasi menjadi penghubung antara seseorang dengan yang lain. Bahkan komunikasi menjadi penentu kesuksesan hubungan kita dengan seseorang. Ini juga berlaku dalam transaksi jual beli, dan tentu sekali mempengaruhi kesuksesan kita. Tips berikut mungkin bisa dipakai ketika Anda mau membeli sesuatu:
1.Ketika memasuki toko, cobalah untuk bersikap ramah. Tentunya karakter yang kita tunjukkan akan mempengaruhi penilaian si penjual. Jika pada kesan pertama kita dilihat sebagai orang yang angkuh, maka nafsunya untuk mengeruk uang kita akan bertambah. Sementara jangan pula kita kelihatan terlalu lugu. Nafsunya akan lebih besar lagi. Hahaha.
2.Prioritaskan untuk mengenal si pemilik toko. Kita bisa mulai dengan menanyakan namanya. Prinsipnya, semakin banyak informasi pribadinya yang kita ketahui/kenal, entah itu misalnya siapa kakeknya, bapaknya, istrinya atau selingkuhannya (ga serius nih), pertahanannya akan semakin menurun. Keuntungannya, dia tidak akan mau adu ngotot dengan kita soal harga, wong kegelapannya kita pegang. Hehehe.
3.Prioritas kedua, usahakan untuk mengenal paling tidak salah satu pelayan tokonya. Ini penting karena merekalah yang menghubungkan kita dengan penentu harga (pemilik toko). Bahkan usahakan agar ia terpikat dengan kepribadian Anda yang menarik. Keuntungannya ia akan semakin senang membantu kita, bahkan mungkin membuka rahasia berapa harga yang pantas kita keluarkan untuk suatu produk.
4.Janjikan pada penjual untuk menjalin ikatan lebih lanjut. Maksudnya, janjikan diri Anda menjadi pelanggan setianya. Tentu saja iming-iming ini bukan manipulasi. Anda harus tulus mengatakannya. Sebab penjual tahu juga kalau kita cuma menipunya. Faedahnya, ia akan berusaha meyakinkan bahwa tokonya layak jadi langganan dan mencoba memenuhi apapun keinginan Anda.
5.Balaslah perlakuan konyol penjual dengan halus. Andaikan ia membayar kembalian uang Anda dengan permen, jangan mencak-mencak dan mengatakan, “Bagaimana kalau saya bayarnya pakai permen sekalian!?” Bermurah hatilah pada kelemahan penjual karena tidak punya recehan. Tawarkan untuk menukar uang recehan Anda padanya dengan tulus.
Itu adalah sedikit tips menghadapi pembeli. Nah, bagaimana cara menawar harga suatu barang/produk? Mungkin tips ini bisa Anda pakai:
1.Anda mungkin bisa berpretensi seolah-olah tidak terlalu tertarik pada suatu produk. Ini berguna untuk menunjukkan bahwa Anda masih punya pilihan terhadap penjual lainnya. Efeknya pada penjual, ia akan berusaha agar Anda membeli darinya saja.
2.Tidak ada salahnya mengajukan harga setengah dari harga penawaran. Sebaiknya Anda melakukan ini dengan realistis. Jangan sampai Anda dipikir orang gila karena menawar terlalu rendah. Namun, ini boleh kita lakukan untuk sale-sales yang datang ke rumah kita. Sebabnya, sedapat mungkin merekalah yang berusaha untuk dapat menjual sesuatu pada kita.
3.Kalau Anda orang yang ga tegaan menawar serendah-rendahnya, mintalah agar teman yang menawarnya untuk Anda. Biasanya orang yang merasa ga butuh lebih ‘sadis’ nawarnya. Hihihi. Tips inipun saya lakukan apalagi jika tidak terlalu mengerti soal produk yang akan dibeli.
4.Usahakan untuk tidak mempermainkan penjual dengan menawar barang yang tidak benar-benar akan dibeli. Kalaupun Anda tertarik menanyakan harga, tanyakan dengan lembut dengan mengatakan “Saya berencana membeli ini suatu saat nanti. Berapa harganya ya?” Atau mintalah katalog harga produk yang mereka jual (kalau tersedia).
5.Jika penjual memang tidak mau menurunkan harganya, permisilah baik-baik padanya. Kata hannasyalala sih ini berguna agar kita seolah-olah tidak merasa butuh. Sehingga moga-moga nantinya si penjual menyerah dan menjual dengan harga yang kita minta. Hehehe.
Referensi : http://pargodungan.org/tips-menghadapi-penjual-menawar-harga/
KEPUASAN KONSUMEN/PELANGGAN
Nama : Yuni Anita
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
Konsep Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen merupakan isu yang kritikal di semua industri jasa dan perdagangan. Pengukuran kepuasan pengguna adalah sebagian dari usaha terpadu yang dapat memperbaiki kualitas produk, dan menghasilkan daya saing yang kompetitif, memicu pembelian awal, dan akhirnya dapat memberikan persepsi konsumen yang baik terhadap perusahaan . Teori Perilaku konsumen menunjukkan bahawa perilaku pembelian konsumen dan tingkat kepuasan adalah dipengaruhi oleh latar belakang konsumen, ciri-ciri dan stimulasi keluaran (Choi dan Chu 2000).
Dalam artikel The New soul and Structure of The Post Management Corporation, Ricard Koch dan Ian Godden memperkirakan pada masa yang akan datang para pelanggan akan semakin memegang peran kunci keberhasilan perusahaan. ini memaksa perusahaan-perusahaan untuk lebih beorientasi eksternal dengan cara memberikan pelayanan dengan mutu sebaik mungkin kepada para pelanggan mereka, sehingga mereka akan merasa puas dan loyal.
Dalam konteks teori consumer behavior kepuasan lebih banyak didefenisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggu-nakan suatu produk atau jasa. Dengan demikian kepuasan dapa diartikan sebagai hasil dari penilaian (persepsi konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan di mana tingka pemenuhan ini bisa lebih atau kurang. Tingka kenikmatan yang dimaksud disini adalah kesesuaian antara apa yang dirasakan oleh konsumen dari pengalaman konsumsinya dengan apa yang diharapkannya. Dalam pengertian di atas yang terpenting adalah persepsi, bukan kondisi aktual. Dengan demikian, bisa terjadi bahwa secara aktual, suatu produk atau jasa mempunyai potensi untuk memenuhi harapan pelanggan tetapi ternyata hasil dari persepsi pelanggan tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh produsen. Ini bisa terjadi karena adanya gap antara apa yang dipersepsikan oleh produsen (perusahaan) dengan apa yang dipersepsikan oleh pelanggan.
Philip Kotler (1997) memberikan pengertian mengenai kepuasan konsumen sebagai berikut:
“Satisfaction is a person feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a products perceived performance in relation to his or her expectation.”
Kotler menyatakan bahwa pelanggan yang puas akan kinerja perusahaan mempunyai ciri-ciri (Indikator) sebagai berikut :
1. Menjadi lebih setia
2. Membeli lebih banyak jika perusahaan memperkenalkan produk baru dan menyempurnakan produk yang ada
3. Memberikan komentar yang menguntungkan tentang perusahaan dan produknya
4. Kurang memberikan perhatian pada merek dan iklan pesaing dan kurang sensitif terhadap harga.”
Sedangkan menurut Engel, et al yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2004) menyatakan ”Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.”
Ada 3 kemungkinan kepuasan yang berhubungan dengan performansi (performance) dan harapan (expectation) yaitu:
a. Performance < Expectation Bila hal ini terjadi, maka pelanggan mengatakan bahwa pelayanan yan diberikan jelek, karena harapan pelanggan tidak terpenuhi atau pelayanannya kurang baik, belum memuaskan pelanggan. b. Performance = Expectation Tidak istimewa, pelayanan yang diberikan biasa saja karena belum memuaskan pelanggan. c. Performance > Expectation
Terjadi bila, pelayanan terhadap pelanggan baik dan memuaskan pelanggan. Kepuasan pelanggan optimal, bila kita selalu memperhatikan apa yang menjadi harapan pelanggan dan berusaha melebihi harapan pelanggan.
Mengukur Kepuasan konsumen
Beberapa perusahaan yang paling berhasil saat ini sedang meningkatkan harapan dan memberikan kinerja yang sesuai. Perusahaan-perusahaan ini sedang menuju ke TCS (Total Customer Satisfaction). Konsep Total Customer Satisfaction menekankan pentingnya sasaran dan kepuasan tinggi atau sangat puas agar konsumennya tidak mudah tergiur dengan tawaran lain. Menurut Wahyuddin dan Muryati (2001), bagi perusahaan-perusahaan yang berwawasan pelanggan kepuasan adalah sasaran sekaligus kiat pemasaran. Ada berbagai perangkat untuk melacak dan mengukur kepuasan pelanggan yaitu sistem keluhan danTsaran, survei kepuasan pelanggan, belanja siluman dan analisis pelanggan yang hilang.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi, mengukur atau memantau kepuasan pelanggan. Beberapa diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Fandy Tjiptono, yaitu terdiri dari 6 metode:
1. Sistem keluhan dan saran
Misalnya menyediakan kotak saran dan keluhan, kartu komentar, customer hot lines, mempekerjakan petugas pengumpul pendapat atau keluhan pelanggan, dan lain-lain.
2. Survai kepuasan
Survai bias dilakukan dengan kuesioner (dikirim lewat pos atau dibagikan pada saat pelanggan berbelanja), lewat telepon, e-mail, faks atau dengan wawancara langsung.
3. Lost customer analysis
Perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli dari perusahaan atau mereka yang telah beralih pemasok.
4. Ghost shopping (Mystery shopping)
Perusahaan menggunakan ghost shopping untuk mengamati kekuatan dan kelemahan produk serta pelayanan perusahaan dan pesaing
5. Sales-related methods
Kepuasan pelanggan diukur dengan kriteria pertumbuhan penjulan, pangsa pasar dan rasio pembelian ulang. Walaupun banyak digunakan, metode ini dapat bias dalam menyimpulkan kepuasan pelanggan, terutama dalam situasi struktur pasar monopoli, kelebihan permintaan dan pada kasus pelanggan yang enggan atau sulit pindah pemasok, meskipun tidak puas.
6. Customer panels
Perusahaan membentuk panel pelanggan yang nantinya dijadikan sampel secara berkala untuk mengetahui apa yang mereka rasakan dari perusahaan dan semua pelayanan perusahaan. Dalam hal ini, anggota panel dapat diambil dari sukarelawan yang dibayar untuk itu.
Strategi Kepuasan konsumen
Strategi kepuasan konsumen merupakan sekumpulan cara atau metode yang dirancang oleh suatu perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen/pelanggannya. Strategi ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas produk dan layanan, promosi yang menarik, penanganan keluhan dengan cepat dan tanggap dan lain sebagainya.
Pada umumnya setiap perusahaan menerapkan startegi bisnis kombinasi antara strategi Ofensif dan Defensif. Strategi Ofensif ditujukkan untuk mendapatkan pelanggan baru. Melalui strategi ini perusahaan berharap dapat meningkatkan pangsa pasar, penjualan dan jumlah pelanggannya. Sedangkan strategi Defensif adalah usaha untuk mengurangi kemungkinan customer exit dan beralihnya pelanggan ke pesaing. Tujuan strategi defensif ini adalah untuk meminimalkan customer turnover atau memaksimalkan customer retention dengan melindungi produk dan pasarnya dari serangan para pesaing. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan meningkatkan kepuasan pelanggan saat ini.
Strategi kepuasan konsumen mengharuskan perusahaan bekerja keras dan mengeluarkan biaya tinggi dalam usaha merebut konsumen, sehingga upaya mewujudkan kepuasan konsumen total bukanlah hal yang mudah bahkan kepuasan konsumen total tidak mungkin tercapai sekalipun hanya untuk sementara waktu seperti yang diungkapkan oleh Muddie dan Cottam. Namun perusahaan harus tetap berusaha untuk mewujudkan kepuasan konsumen diantaranya menurut Fandy Tjiptono dengan beberapa strategi yaitu relationship marketing, superior customer sevice, unconditional guarantees /extraordinary guarantees dan strategi penanganan keluhan yang efektif.
Referensi : http://hilman2004materials.wordpress.com/2008/04/11/kepuasan-konsumen/
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
Konsep Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen merupakan isu yang kritikal di semua industri jasa dan perdagangan. Pengukuran kepuasan pengguna adalah sebagian dari usaha terpadu yang dapat memperbaiki kualitas produk, dan menghasilkan daya saing yang kompetitif, memicu pembelian awal, dan akhirnya dapat memberikan persepsi konsumen yang baik terhadap perusahaan . Teori Perilaku konsumen menunjukkan bahawa perilaku pembelian konsumen dan tingkat kepuasan adalah dipengaruhi oleh latar belakang konsumen, ciri-ciri dan stimulasi keluaran (Choi dan Chu 2000).
Dalam artikel The New soul and Structure of The Post Management Corporation, Ricard Koch dan Ian Godden memperkirakan pada masa yang akan datang para pelanggan akan semakin memegang peran kunci keberhasilan perusahaan. ini memaksa perusahaan-perusahaan untuk lebih beorientasi eksternal dengan cara memberikan pelayanan dengan mutu sebaik mungkin kepada para pelanggan mereka, sehingga mereka akan merasa puas dan loyal.
Dalam konteks teori consumer behavior kepuasan lebih banyak didefenisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggu-nakan suatu produk atau jasa. Dengan demikian kepuasan dapa diartikan sebagai hasil dari penilaian (persepsi konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan di mana tingka pemenuhan ini bisa lebih atau kurang. Tingka kenikmatan yang dimaksud disini adalah kesesuaian antara apa yang dirasakan oleh konsumen dari pengalaman konsumsinya dengan apa yang diharapkannya. Dalam pengertian di atas yang terpenting adalah persepsi, bukan kondisi aktual. Dengan demikian, bisa terjadi bahwa secara aktual, suatu produk atau jasa mempunyai potensi untuk memenuhi harapan pelanggan tetapi ternyata hasil dari persepsi pelanggan tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh produsen. Ini bisa terjadi karena adanya gap antara apa yang dipersepsikan oleh produsen (perusahaan) dengan apa yang dipersepsikan oleh pelanggan.
Philip Kotler (1997) memberikan pengertian mengenai kepuasan konsumen sebagai berikut:
“Satisfaction is a person feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a products perceived performance in relation to his or her expectation.”
Kotler menyatakan bahwa pelanggan yang puas akan kinerja perusahaan mempunyai ciri-ciri (Indikator) sebagai berikut :
1. Menjadi lebih setia
2. Membeli lebih banyak jika perusahaan memperkenalkan produk baru dan menyempurnakan produk yang ada
3. Memberikan komentar yang menguntungkan tentang perusahaan dan produknya
4. Kurang memberikan perhatian pada merek dan iklan pesaing dan kurang sensitif terhadap harga.”
Sedangkan menurut Engel, et al yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2004) menyatakan ”Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.”
Ada 3 kemungkinan kepuasan yang berhubungan dengan performansi (performance) dan harapan (expectation) yaitu:
a. Performance < Expectation Bila hal ini terjadi, maka pelanggan mengatakan bahwa pelayanan yan diberikan jelek, karena harapan pelanggan tidak terpenuhi atau pelayanannya kurang baik, belum memuaskan pelanggan. b. Performance = Expectation Tidak istimewa, pelayanan yang diberikan biasa saja karena belum memuaskan pelanggan. c. Performance > Expectation
Terjadi bila, pelayanan terhadap pelanggan baik dan memuaskan pelanggan. Kepuasan pelanggan optimal, bila kita selalu memperhatikan apa yang menjadi harapan pelanggan dan berusaha melebihi harapan pelanggan.
Mengukur Kepuasan konsumen
Beberapa perusahaan yang paling berhasil saat ini sedang meningkatkan harapan dan memberikan kinerja yang sesuai. Perusahaan-perusahaan ini sedang menuju ke TCS (Total Customer Satisfaction). Konsep Total Customer Satisfaction menekankan pentingnya sasaran dan kepuasan tinggi atau sangat puas agar konsumennya tidak mudah tergiur dengan tawaran lain. Menurut Wahyuddin dan Muryati (2001), bagi perusahaan-perusahaan yang berwawasan pelanggan kepuasan adalah sasaran sekaligus kiat pemasaran. Ada berbagai perangkat untuk melacak dan mengukur kepuasan pelanggan yaitu sistem keluhan danTsaran, survei kepuasan pelanggan, belanja siluman dan analisis pelanggan yang hilang.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi, mengukur atau memantau kepuasan pelanggan. Beberapa diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Fandy Tjiptono, yaitu terdiri dari 6 metode:
1. Sistem keluhan dan saran
Misalnya menyediakan kotak saran dan keluhan, kartu komentar, customer hot lines, mempekerjakan petugas pengumpul pendapat atau keluhan pelanggan, dan lain-lain.
2. Survai kepuasan
Survai bias dilakukan dengan kuesioner (dikirim lewat pos atau dibagikan pada saat pelanggan berbelanja), lewat telepon, e-mail, faks atau dengan wawancara langsung.
3. Lost customer analysis
Perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli dari perusahaan atau mereka yang telah beralih pemasok.
4. Ghost shopping (Mystery shopping)
Perusahaan menggunakan ghost shopping untuk mengamati kekuatan dan kelemahan produk serta pelayanan perusahaan dan pesaing
5. Sales-related methods
Kepuasan pelanggan diukur dengan kriteria pertumbuhan penjulan, pangsa pasar dan rasio pembelian ulang. Walaupun banyak digunakan, metode ini dapat bias dalam menyimpulkan kepuasan pelanggan, terutama dalam situasi struktur pasar monopoli, kelebihan permintaan dan pada kasus pelanggan yang enggan atau sulit pindah pemasok, meskipun tidak puas.
6. Customer panels
Perusahaan membentuk panel pelanggan yang nantinya dijadikan sampel secara berkala untuk mengetahui apa yang mereka rasakan dari perusahaan dan semua pelayanan perusahaan. Dalam hal ini, anggota panel dapat diambil dari sukarelawan yang dibayar untuk itu.
Strategi Kepuasan konsumen
Strategi kepuasan konsumen merupakan sekumpulan cara atau metode yang dirancang oleh suatu perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen/pelanggannya. Strategi ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas produk dan layanan, promosi yang menarik, penanganan keluhan dengan cepat dan tanggap dan lain sebagainya.
Pada umumnya setiap perusahaan menerapkan startegi bisnis kombinasi antara strategi Ofensif dan Defensif. Strategi Ofensif ditujukkan untuk mendapatkan pelanggan baru. Melalui strategi ini perusahaan berharap dapat meningkatkan pangsa pasar, penjualan dan jumlah pelanggannya. Sedangkan strategi Defensif adalah usaha untuk mengurangi kemungkinan customer exit dan beralihnya pelanggan ke pesaing. Tujuan strategi defensif ini adalah untuk meminimalkan customer turnover atau memaksimalkan customer retention dengan melindungi produk dan pasarnya dari serangan para pesaing. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan meningkatkan kepuasan pelanggan saat ini.
Strategi kepuasan konsumen mengharuskan perusahaan bekerja keras dan mengeluarkan biaya tinggi dalam usaha merebut konsumen, sehingga upaya mewujudkan kepuasan konsumen total bukanlah hal yang mudah bahkan kepuasan konsumen total tidak mungkin tercapai sekalipun hanya untuk sementara waktu seperti yang diungkapkan oleh Muddie dan Cottam. Namun perusahaan harus tetap berusaha untuk mewujudkan kepuasan konsumen diantaranya menurut Fandy Tjiptono dengan beberapa strategi yaitu relationship marketing, superior customer sevice, unconditional guarantees /extraordinary guarantees dan strategi penanganan keluhan yang efektif.
Referensi : http://hilman2004materials.wordpress.com/2008/04/11/kepuasan-konsumen/
PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN
Nama : Yuni Anita
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Aplikasi
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen.Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.
Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen. Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
Afeksi dan kognisi
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernafasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:[5]
1.Pengenalan masalah (problem recognition).
Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2.Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3.Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4.Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5.Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
Faktor-faktor yang memengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1.Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2.Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3.Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan.Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Aplikasi
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen.Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.
Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen. Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
Afeksi dan kognisi
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernafasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:[5]
1.Pengenalan masalah (problem recognition).
Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2.Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3.Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4.Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5.Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
Faktor-faktor yang memengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1.Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2.Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3.Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan.Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen
Senin, 10 Oktober 2011
3 TUGAS ANALISIS JURNAL - METODE RISET BAB 1
Nama : Yuni Anita
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
1.
Judul : Analisis Antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan
Pengarang : Nur Ahmad Azizul Furqon
Tahun : 2009
TEMA
Motivasi Kerja dan Prestasi Kerja
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penting bagi pihak perusahaan untuk dapat mengelola sumberdaya manusianya melalui manajemen yang baik dengan memberikan kesempatan karyawan untuk maju sehingga karyawan akan mendapatkan kepuasan tersendiri dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam mengaktifkan motivasi kerja karyawan agar dapat bekerja dengan giat untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan serta menjaga eksistensi perusahaan.
Kemajuan perusahaan juga tidak terlepas dari manajemen perusahaan dalam menggunakan sumberdaya berupa material maupun finansial sebagai sarana pencapaian tujuan yaitu mensejahterakan anggotanya.
Masalah yang kemudian timbul ialah motivasi kerja menyebabkan pelaksanaan kerja dan pencapaian prestasi yang lebih baik atau sebaliknya.
1.2 Perumusan Masalah
Perusahaan tidak saja mengharapkan sumberdaya manusia yang dimiliki itu terampil, tetapi juga dapat bekerja dengan giat dan dapat mencapai hasil yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kemampuan dan kecakapan serta keterampilan tidak berarti jika sumberdaya manusia tersebut tidak mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Suatu perusahaan perlu memperhatikan aspek manajemen sumberdaya manusia terutama aspek motivasi kerja. Manajer perusahaan harus menyadari pemberian motivasi merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan kinerja dan produktivitas karyawan pada perusahaan, sehingga manajer merasa perlu memberikan dorongan motivasi yang tepat, guna memperbaiki manajemen mutu perusahaan dan segera mencari tahu tentang berbagai kebutuhan dan harapan yang dapat meningkatkan kepuasan kerja, serta dapat memotivasi mereka untuk bekerja maksimal mencapai tujuan perusahaan
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan berkaitan dengan motivasi kerja karyawan dan prestasi kerja karyawan adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan selama ini?
2.Bagaimana pencapaian prestasi kerja karyawan selama ini?
3.Bagaimana hubungan antara motivasi kerja karyawan dengan prestasi kerja karyawan tersebut?
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan serta prestasi kerja karyawan. Pada Gambar. 2 disajikan bagan kerangka berpikir yang berkaitan dengan variabel-variabel.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
-Mengkaji tingkat motivasi kerja karyawan selama ini.
-Mengkaji prestasi kerja yang dicapai karyawan selama ini.
-Mengkaji hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja karyawan .
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam mengambil langkah-langkah yang efektif dalam pemenuhan kepuasan kerja karyawan serta peningkatan motivasi kerja karyawan guna pencapaian tujuan perusahaan. Disamping itu melalui penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai aspek-aspek sumberdaya manusia
II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
- Mangkuprawira (2003) mendefinisikan sumber daya manusia sebagai unsur produksi yang unik dibanding dengan unsur produksi lainnya. Dikatakan unik karena memiliki unsur kepribadian yang aktif, memiliki emosi, responsif, dan kritis terhadap setiap fenomena yang dihadapinya.
- Dessler (1997) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan serangkaian kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian.
- Stoner, J.A.F dan R.E. Freeman (1994) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia mencakup tujuh kegiatan dasar yaitu perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen, seleksi, sosialisasi, pelatihan serta pengembangan, penilaian prestasi, promosi, pemindahan, demosi, dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
2.1.2 Prestasi Kerja Karyawan
- Menurut Hasibuan (2001) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yag dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibedakan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
- Bernardin dan Russel diacu dalam Ruky (2006) mendefinisikan prestasi sebagai suatu catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu selama kurun waktu tertentu.
- Suprihanto (2006) mengatakan bahwa pada dasarnya prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang dalam periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
2.1.3 Penilaian Prestasi Kerja Karyawan
- Menurut Nawawi (2005), pada hakekatnya penilaian prestasi kerja karyawan yang merupakan kegiatan manajemen SDM adalah suatu proses pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja yang memiliki hak-hak asasi yang dilindungi. Menurut Hasibuan (2001) penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan, menetapkan kebijaksanaan mengenai promosi atau balas jasanya.
- Istijanto (2006) menjabarkan bahwa indikator/tolak ukur/kriteria bawahan dalam melaksanakan pekerjaan terdiri atas beberapa aspek yaitu kualitas kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, kerja sama dengan rekan kerja, orientasi terhadap pelanggan dan inisiatif karyawan.
Menurut Hasibuan (2001), penetapan penilai yang berkualitas harus berdasarkan syarat-syarat berikut:
- Jujur, adil, objektif mengetahui pengetahuan yang mendalam tentang unsur-unsur yang akan dinilai agar penilaiannya sesuai dengan realitas/fakta yang ada.
- Hendaknya mendasarkan penilaian atas dasar benar/salah, baik/buruk terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga hasil penilaiannya jujur, adil, dan objektif.
- Harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan yang akan dinilai agar hasil penilaiannya dapat dipertangunggjawabkan.
- Harus mempunyai wewenang formal agar penilai dapat melaksanakan tugas dengan baik.
2.1.4 Teori Motivasi
Kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar.
Dua bentuk motivasi kerja :
- Motivasi Intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat/makna pekerjaan yang dilaksankannya.
- Motivasi Ekstrensik adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskannya melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam bekerja karena upah/gaji yang tinggi, jabatan/posisi yang terhormat atau memiliki kekuasaan yang besar, pujian, hukuman dan lain-lain.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus/case dengan melakukan survei terhadap sumberdaya manusia sebagai karyawan, Objek yang diteliti adalah motivasi kerja dan prestasi kerja karyawan.Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April sampai bulan Mei 2009.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya (Istijanto, 2006). Pengumpulan data primer diantaranya adalah dengan teknik wawancara dan kuesioner. Wawancara dilaksanakan berdasarkan panduan sebuah kuesioner yang didapat dari hasil pengisian kuesioner yang berisi pertanyaan seputar motivasi dan prestasi kerja karyawan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topik penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berasal dari studi literatur berupa tulisan laporan, pedoman, peraturan, dan sumber-sumber lain yang menunjang laporan penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam penentuan sumber informasi dengan pertimbangan adalah karyawan Jurnal Bogor yang mempunyai bawahan, yaitu kelompok pemimipin atas dan kelompok pemimpin menengah. Sedangkan penentuan sumber informasi pada kelompok staf/karyawan dilakukan secara acak (random sampling).
3.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui gambaran secara umum kendala dan upaya-upaya yang mempengaruhi motivasi dan prestasi kerja karyawan.
Analisis deskriptif adalah mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto, 2006).
2.
Judul : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRESTASI KERJA
Pengarang : Kardie
Tahun : 2009
TEMA
Motivasi Kerja dan Prestasi Kerja
I.Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang menjalani fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, Desy Arisandy 23 Vol. 1 No. 2, Desember 2004 dan pengawasan (kontrol). Kontrol adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Bila seorang atasan dapat melaksanakan kontrol terhadap bawahannya dengan baik, maka fungsi kontrol di organisasi tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kontrol dapat juga berarti mengusahakan apa yang dicapai agar dilaksanakan sesuai dengan aturan, dan instruksi yang telah direncanakan dapat menilai hasil pekerjaan serta apabila perlu mengadakan tindakan-tindakan perbaikan.
Penelitian ini akan menganalisis faktor keharmonisan hubungan antara atasan dan bawahan, dan fasilitas lingkungan kerja apakah berpengaruh dengan prestasi keja kayawan dengan mengambil judul Analisis Hubungan Prestasi Kerja dengan Lingkungan kerja Karyawan PT. TELKOM KANDATEL SEMARANG.
II.Perumusan Masalah
Latar belakang masalah dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu “Bagaimana pengaruh keharmonisan hubungan antar atasan dan bawahan dan fasilitas lingkungan kerja mempengaruhi prestasi kerja karyawan pada PT. Telkom Kandatel Semarang.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.Penerangan/cahaya di tempat kerja
2.Temperatur/suhu udara di tempat kerja
3.Kelembaban di tempat kerja
4.Sirkulasi udara di tempat kerja
5.Kebisingan di tempat kerja
6.Getaran mekanis di tempat kerja
7.Bau tidak sedap ditempat kerja
8.Tata warna di tempat kerja
9.Dekorasi di tempat kerja
10.Musik di tempat kerja
11.Keamanan di tempat kerja
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
- Menganalisis apakah keharmonisan hubungan atasan dan bawahan mempunyai pengaruh terhadap Pestasi kerja Karyawan PT. Telkom Kandatel Semarang.
- Menganalisis apakah Lingkungan Kerja mempunyai pengaruh terhadap Pestasi kerja Karyawan PT. Telkom Kandatel Semarang
- Menganalisis apakah keharmonisan hubungan atasan dan bawahan dan Lingkungan Kerja mempunyai pengaruh terhadap Pestasi kerja Karyawan PT. Telkom Kandatel Semarang
Kegunaan dari penelitian yang dilakukan :
Untuk memberikan sumbangan konsep pemecahan masalah sebagai model spesifik dalam pengaruh variabel: Keharmonisan hubungan atasan dan bawahan dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja karyawan PT. Telkom Kandatel Semarang sehingga dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti-peneliti yang tertarik pada masalah terkait khususnya di orgasinasai sumber Daya Manusia.
Motivasi
Motivasi yang mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja sangat penting bagi suatu perusahaan agar dapt mencapai tujuannya.
- Menurut Alex.S.Nitisemito ( 2006 ) semangat kerja adalah “ melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Sedangkan kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan”.
- Menurut Gitosudarmo (1986: 77) motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan ini terdapat dua macam yaitu:
a.Motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut Insentif;
b.Motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.
Teori Motivasi
- Maslow (Gitosudarmo, 1986: 77) menyatakan bahwa kebutuhan manusia mengandung unsur bertingkat atau memiliki hierarkhi dari kebutuhan yang rendah sampai yang prioritas tinggi. Kebutuhan manusia yang paling dasar adalah kebutuhan fisik seperti makan, minum dan pakaian. Apabila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi secara cukup maka kebutuhan tersebut akan menduduki hierarkhi yang tertinggi dan kebutuhan yang lain menduduki hierarkhi rendah
Penelitian Terdahulu
- Absor Marantika, 2004, melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan prestasi Kerja dengan Lingkungan kerja Karyawan (Studi Kasus PT. Kereta Api Indonesia/Persero Tanjung Karang. Dari hasil penelitian menyabutkan Hubungan atasan dengan bawahan, hubungan antara sesama rekan kerja, Keadaan tempat kerja yang meliputi lingkungan dan fasilitas kerja serta peraturan / tata tertib yang diberlakukan ditempat kerja, semua variabel tersebut berpengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan.
- Iswahyu Hartati, 2005 melakukan penelitian kesesuaian kompensasi dan motivasi Kerja terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada skretariat Daerah Kabupaten Magelang. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kompensasi dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan baik secara individu maupun secara silmultan.
- Ni Ketut Sariyathi, 2003 meneliti tentang beberapa faktor yang berasosiasi dengan prestasi karyawan PDAM Kabupaten Klungkung. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat variabel yaitu motivasi, Kepuasan kerja, Lingkungan fisik, dan Kemampuan baik secara bersama-sama maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi pegawai PDAM Kabupaten Klungkung.
KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESA
Berangkat dari landasan teori dan hasil penelitian terdahulu serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, dimana peneliti ingin menemukan bukti empiris untuk menguji pengaruh lingkungan kerja dengan prestasi kerja karyawan.
Berdasarkan kerangka pikir teoritis dapat ditarik hipotesis :
H1: Diduga Motivasi berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan.
H2: Diduga Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan.
H3: Diduga Lingkungan fisik berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan
H4: Diduga Kemampuan berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan.
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah :
- Variabel bebas (independent)
adalah variabel yang besarnya dipengaruhi oleh variabel yang lain, dalam penelitian ini adalah: Motivasi, Kepuasan Kerja, Lingkungan Fisik, Kemampuan,
- Variabel Tergantung (Dependent)
adalah variabel yang besarnya dipengaruhi oleh variabel yang lain, dalam penelitian ini adalah Prestasi Kerja Karyawan (Y) Prestasi Kerja Karyawan diukur penilaian prilaku baik penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama, loyalitas, loyalitas, dedikasi dan partisipasi karyawan.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian terhadap hal-hal atau keadaan-keadaan yang tengah dihadapi sekarang ini dengan cara mengumpulkan data, mendiskripsikan data, menganalisis, dan menginterpretasikan data-data yang diperoleh dari responden. Macam dan Sumber Data
-Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dalam hal ini karyawan PT Telkom Kandatel Semarang
-Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literature yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Tehnik Pengumpulan Data
- Wawancara, yaitu dengan mewawancarai atau dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan berdasarkan daftar pertanyaan dan daftar perhitungan yang telah dipersiapkan lebih dahulu.
- Dokumenter, yaitu mengadakan penelitian secara langsung dengan maksud mencari data-data yang dibutuhkan, berupa catatatn-catatan aktivitas perusahaan yang bersangkutan selama periode tertentu.
- Studi pustaka, yaitu dengan menggunakan literatur-literatur atau buku-buku yang erat kaitannya dengan penulisan ini
Populasi dan Tehnik Penarikan Sampel
Menurut Kuncoro (2003), populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, obyek, transaksi atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telkom Kandatel Semarang.
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasinya. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu secara Convinien sampling (sampel kemudahan) yaituv sampel diambil pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya (Sugiarto, Siagian, Sunaryanto, Outomo, 2001 ) sampel diambil pada karyawan PT Telkom Kandatel Semarang sampai semua yang ditentukan terpenuhi untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, dengan karakteristik sampel sudah bergabung menjadi karyawan 1 tahun. Dimana penentuan karakteristik ini mempunyai maksud agar sampel benar-benar telah paham akan budaya organisasi PT Telkom Kandatel Semarang.
Metode Analisis
Uji Kualitas Data
Penelitian ini akan diuji menggunakan metode regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel – variabel yang terkait dalam penelitian.
-Uji Kualitas Data
-Uji Normalitas
-Uji Autokorelasi
-Uji Multikolinearitas
-Uji Heteroskedastisitas
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.Penerangan/cahaya di tempat kerja
2.Temperatur/suhu udara di tempat kerja
3.Kelembaban di tempat kerja
4.Sirkulasi udara di tempat kerja
5.Kebisingan di tempat kerja
6.Getaran mekanis di tempat kerja
7.Bau tidak sedap ditempat kerja
8.Tata warna di tempat kerja
9.Dekorasi di tempat kerja
10.Musik di tempat kerja
11.Keamanan di tempat kerja
3.
Judul : PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL
KABUPATEN MUARA ENIM
Pengarang : ANWAR PRABU
Tahun : 2009
TEMA
Motivasi Kerja dan Prestasi Kerja
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan motor penggerak sumber daya yang ada dalam rangka aktifitas dan rutinitas dari sebuah organisasi atau perusahaan. Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang tergolong dari berbagai status yang mana status tersebut berupa pendidikan, jabatan dan golongan,
pengalaman, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pengeluaran, serta tingkat usia dari masing - masing individu tersebut, Hasibuan (2000 : 147)
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana Lingkungan kerja yang menyenangkan, Tingkat pendidikan, Keinginan dan harapan serta Kebutuhan (Faktor-faktor motivasi yang dominan) mempengaruhi kepuasan
kerja.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja.
2. Untuk mengetahui bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan, Tingkat pendidikan,Keinginan dan harapan serta Kebutuhan, mempengaruhi kepuasan kerja.
1.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim, dan tentang waktu penelitian ini telah dilakukan pada setiap hari kerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Motivasi
“ Motivasi adalah pemberian kegairahan bekerja kepada pegawai. Dengan pemberian motivasi dimaksudkan pemberian daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya “ (Manullang, 1982 :150).
2.1.2. Jenis-jenis Motivasi
Ada 2 (dua) jenis motivasi positif dan motivasi negatif (Hasibuan, 1984 : 195).
- Motivasi positif (incentive positive), adalah suatu dorongan yang bersifat positif, yaitu jika pegawai dapat menghasilkan prestasi diatas prestasi standar, maka pegawai diberikan insentif berupa hadiah.
- Motivasi negatif (incentive negative), adalah mendorong pegawai
dengan ancaman hukuman, artinya jika prestasinya kurang dari prestasi standar akandikenakan hukuman. Sedangkan jika prestasi diatas standar tidak diberikan hadiah
2.1.4. Faktor-faktor Motivasi
- Gouzaly (2000 : 257) dalam bukunya, “Manajemen Sumber Daya Manusia”
mengelompokkan faktor-faktor motivasi kedalam dua kelompok yaitu, faktor eksternal(karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi).
Faktor eksternal
(karakteristik organisasi) yaitu : lingkungan kerja yang menyenangkan, tingkat kompensasi,supervisi yang baik, adanya penghargaan atas prestasi, status dan tanggung jawab.
Faktorinternal (karakteristik pribadi) yaitu : tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan, keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan, kelelahan dan kebosanan.
2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : (Hasibuan, Melayu 2001 :2003).
1. Balas jasa yang adil dan layak
2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian
3. Berat ringannya pekerjaan
4. Suasana dan lingkungan pekerjaan
5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya
7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak
Menurut, Robbins (1996 : 181) bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh:
1. Kerja yang secara mental menantang
2. Ganjaran yang pantas
3. Kondisi kerja yang mendukung
4. Rekan sekerja yang mendukung
5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
2.2. Penelitian Terdahulu
Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan yang akan dilakukan. Di bawah ini peneliti akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang pernah dilakukan : Penelitian yang dilakukan oleh Darwin Azhar (2002), dengan judul “ Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja pada PT. Putra Darma Cemerlang Palembang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa motivasi berpengaruh nyata terhadap kepuasan kerja pegawai. Keadaan ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Regresi Linear berupa Adjusted R2 sebesar 0,970.
2.3. Hipotesis
Faktor External Motivasi yaitu :
H1 : Faktor Lingkungan kerja, Tingkat Pendidikan, Keinginan dan Harapan serta Kebutuhan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Muara Enim.
H2 : Faktor kebutuhan memiliki pengaruh yang dominan terhadap kepuasan kerja pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Muara Enim.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian dilakukan pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim dengan alamat Jl. DR. AK. Gani No. 99 Muara Enim.
2. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh PNS Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim
3.2. Batasan Operasional dan Pengukuran Variabel
3.2.1. Identifikasi Variabel
Variabel bebas adalah :
- Lingkungan kerja (X1) : Lingkungan / kondisi kerja yang kondusif akan membangkitkan semangat atau gairah bekerja para pegawai, atau dengan kata lain lingkungan kerja yang baik seperti penyusunan tempat kerja, tata ruang dan alat perlengkapan kantor yang baik,akan membantu kelancaran proses pelaksanaan tugas. Selain dari pada itu, gaya kepemimpinan yang tidak otoriter, namun persuasif dan komunikatif dalam arti mau
mendengar saran dan pendapat menampung keluhan para pegawai serta tidak
meremehkan mereka dalam organisasi akan menciptakan lingkungan yang sehat.
- Tingkat Pendidikan (X2) : Merupakan karakteristik individu yang menjadi sumber status yang penting dalam organisasi. Pendidikan adalah lambang dari status yang tinggi danjenjang kepangkatan yang tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan seseorang yang dicapai, semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan.
- Keinginan dan harapan pribadi (X3) : sehubungan dengan faktor kebutuhan (X4) di atas, manusia mempunyai keinginan yang tidak putus-putusnya, karena itu semua kebutuhan adalah tidak pernah dapat dipenuhi secara sempurna. Untuk memenuhinya manusia berusaha dengan keras dan senantiasa mengembangkan potensi dirinya sehingga menghasilkan yang terbaik.
- Kebutuhan (X4) : Kebutuhan adalah merupakan dorongan kepentingan yang ada dalam diri setiap individu. Sehubungan dengan pekerjaan, maka kepentingan individu-individu dalam hal ini pegawai, disamping untuk memenuhi kebutuhan dasarnya organisasi juga merupakan wadah bagi pengembangan dirinya.
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah Pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim berjumlah 70 orang.
3.3.2. Jenis dan Sumber Data
Data primer, adalah data yang penulis peroleh langsung dari responden yaitu seluruh Pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim, dengan menggunakan daftar pernyataan yang telah disediakan (kuesioner).
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
1.
Judul : Analisis Antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan
Pengarang : Nur Ahmad Azizul Furqon
Tahun : 2009
TEMA
Motivasi Kerja dan Prestasi Kerja
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penting bagi pihak perusahaan untuk dapat mengelola sumberdaya manusianya melalui manajemen yang baik dengan memberikan kesempatan karyawan untuk maju sehingga karyawan akan mendapatkan kepuasan tersendiri dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam mengaktifkan motivasi kerja karyawan agar dapat bekerja dengan giat untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan serta menjaga eksistensi perusahaan.
Kemajuan perusahaan juga tidak terlepas dari manajemen perusahaan dalam menggunakan sumberdaya berupa material maupun finansial sebagai sarana pencapaian tujuan yaitu mensejahterakan anggotanya.
Masalah yang kemudian timbul ialah motivasi kerja menyebabkan pelaksanaan kerja dan pencapaian prestasi yang lebih baik atau sebaliknya.
1.2 Perumusan Masalah
Perusahaan tidak saja mengharapkan sumberdaya manusia yang dimiliki itu terampil, tetapi juga dapat bekerja dengan giat dan dapat mencapai hasil yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kemampuan dan kecakapan serta keterampilan tidak berarti jika sumberdaya manusia tersebut tidak mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Suatu perusahaan perlu memperhatikan aspek manajemen sumberdaya manusia terutama aspek motivasi kerja. Manajer perusahaan harus menyadari pemberian motivasi merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan kinerja dan produktivitas karyawan pada perusahaan, sehingga manajer merasa perlu memberikan dorongan motivasi yang tepat, guna memperbaiki manajemen mutu perusahaan dan segera mencari tahu tentang berbagai kebutuhan dan harapan yang dapat meningkatkan kepuasan kerja, serta dapat memotivasi mereka untuk bekerja maksimal mencapai tujuan perusahaan
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan berkaitan dengan motivasi kerja karyawan dan prestasi kerja karyawan adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan selama ini?
2.Bagaimana pencapaian prestasi kerja karyawan selama ini?
3.Bagaimana hubungan antara motivasi kerja karyawan dengan prestasi kerja karyawan tersebut?
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan serta prestasi kerja karyawan. Pada Gambar. 2 disajikan bagan kerangka berpikir yang berkaitan dengan variabel-variabel.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
-Mengkaji tingkat motivasi kerja karyawan selama ini.
-Mengkaji prestasi kerja yang dicapai karyawan selama ini.
-Mengkaji hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja karyawan .
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam mengambil langkah-langkah yang efektif dalam pemenuhan kepuasan kerja karyawan serta peningkatan motivasi kerja karyawan guna pencapaian tujuan perusahaan. Disamping itu melalui penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai aspek-aspek sumberdaya manusia
II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
- Mangkuprawira (2003) mendefinisikan sumber daya manusia sebagai unsur produksi yang unik dibanding dengan unsur produksi lainnya. Dikatakan unik karena memiliki unsur kepribadian yang aktif, memiliki emosi, responsif, dan kritis terhadap setiap fenomena yang dihadapinya.
- Dessler (1997) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan serangkaian kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian.
- Stoner, J.A.F dan R.E. Freeman (1994) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia mencakup tujuh kegiatan dasar yaitu perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen, seleksi, sosialisasi, pelatihan serta pengembangan, penilaian prestasi, promosi, pemindahan, demosi, dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
2.1.2 Prestasi Kerja Karyawan
- Menurut Hasibuan (2001) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yag dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibedakan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
- Bernardin dan Russel diacu dalam Ruky (2006) mendefinisikan prestasi sebagai suatu catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu selama kurun waktu tertentu.
- Suprihanto (2006) mengatakan bahwa pada dasarnya prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang dalam periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
2.1.3 Penilaian Prestasi Kerja Karyawan
- Menurut Nawawi (2005), pada hakekatnya penilaian prestasi kerja karyawan yang merupakan kegiatan manajemen SDM adalah suatu proses pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja yang memiliki hak-hak asasi yang dilindungi. Menurut Hasibuan (2001) penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan, menetapkan kebijaksanaan mengenai promosi atau balas jasanya.
- Istijanto (2006) menjabarkan bahwa indikator/tolak ukur/kriteria bawahan dalam melaksanakan pekerjaan terdiri atas beberapa aspek yaitu kualitas kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, kerja sama dengan rekan kerja, orientasi terhadap pelanggan dan inisiatif karyawan.
Menurut Hasibuan (2001), penetapan penilai yang berkualitas harus berdasarkan syarat-syarat berikut:
- Jujur, adil, objektif mengetahui pengetahuan yang mendalam tentang unsur-unsur yang akan dinilai agar penilaiannya sesuai dengan realitas/fakta yang ada.
- Hendaknya mendasarkan penilaian atas dasar benar/salah, baik/buruk terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga hasil penilaiannya jujur, adil, dan objektif.
- Harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan yang akan dinilai agar hasil penilaiannya dapat dipertangunggjawabkan.
- Harus mempunyai wewenang formal agar penilai dapat melaksanakan tugas dengan baik.
2.1.4 Teori Motivasi
Kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar.
Dua bentuk motivasi kerja :
- Motivasi Intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat/makna pekerjaan yang dilaksankannya.
- Motivasi Ekstrensik adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskannya melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam bekerja karena upah/gaji yang tinggi, jabatan/posisi yang terhormat atau memiliki kekuasaan yang besar, pujian, hukuman dan lain-lain.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus/case dengan melakukan survei terhadap sumberdaya manusia sebagai karyawan, Objek yang diteliti adalah motivasi kerja dan prestasi kerja karyawan.Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April sampai bulan Mei 2009.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya (Istijanto, 2006). Pengumpulan data primer diantaranya adalah dengan teknik wawancara dan kuesioner. Wawancara dilaksanakan berdasarkan panduan sebuah kuesioner yang didapat dari hasil pengisian kuesioner yang berisi pertanyaan seputar motivasi dan prestasi kerja karyawan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topik penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berasal dari studi literatur berupa tulisan laporan, pedoman, peraturan, dan sumber-sumber lain yang menunjang laporan penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam penentuan sumber informasi dengan pertimbangan adalah karyawan Jurnal Bogor yang mempunyai bawahan, yaitu kelompok pemimipin atas dan kelompok pemimpin menengah. Sedangkan penentuan sumber informasi pada kelompok staf/karyawan dilakukan secara acak (random sampling).
3.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui gambaran secara umum kendala dan upaya-upaya yang mempengaruhi motivasi dan prestasi kerja karyawan.
Analisis deskriptif adalah mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto, 2006).
2.
Judul : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRESTASI KERJA
Pengarang : Kardie
Tahun : 2009
TEMA
Motivasi Kerja dan Prestasi Kerja
I.Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang menjalani fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, Desy Arisandy 23 Vol. 1 No. 2, Desember 2004 dan pengawasan (kontrol). Kontrol adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Bila seorang atasan dapat melaksanakan kontrol terhadap bawahannya dengan baik, maka fungsi kontrol di organisasi tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kontrol dapat juga berarti mengusahakan apa yang dicapai agar dilaksanakan sesuai dengan aturan, dan instruksi yang telah direncanakan dapat menilai hasil pekerjaan serta apabila perlu mengadakan tindakan-tindakan perbaikan.
Penelitian ini akan menganalisis faktor keharmonisan hubungan antara atasan dan bawahan, dan fasilitas lingkungan kerja apakah berpengaruh dengan prestasi keja kayawan dengan mengambil judul Analisis Hubungan Prestasi Kerja dengan Lingkungan kerja Karyawan PT. TELKOM KANDATEL SEMARANG.
II.Perumusan Masalah
Latar belakang masalah dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu “Bagaimana pengaruh keharmonisan hubungan antar atasan dan bawahan dan fasilitas lingkungan kerja mempengaruhi prestasi kerja karyawan pada PT. Telkom Kandatel Semarang.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.Penerangan/cahaya di tempat kerja
2.Temperatur/suhu udara di tempat kerja
3.Kelembaban di tempat kerja
4.Sirkulasi udara di tempat kerja
5.Kebisingan di tempat kerja
6.Getaran mekanis di tempat kerja
7.Bau tidak sedap ditempat kerja
8.Tata warna di tempat kerja
9.Dekorasi di tempat kerja
10.Musik di tempat kerja
11.Keamanan di tempat kerja
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
- Menganalisis apakah keharmonisan hubungan atasan dan bawahan mempunyai pengaruh terhadap Pestasi kerja Karyawan PT. Telkom Kandatel Semarang.
- Menganalisis apakah Lingkungan Kerja mempunyai pengaruh terhadap Pestasi kerja Karyawan PT. Telkom Kandatel Semarang
- Menganalisis apakah keharmonisan hubungan atasan dan bawahan dan Lingkungan Kerja mempunyai pengaruh terhadap Pestasi kerja Karyawan PT. Telkom Kandatel Semarang
Kegunaan dari penelitian yang dilakukan :
Untuk memberikan sumbangan konsep pemecahan masalah sebagai model spesifik dalam pengaruh variabel: Keharmonisan hubungan atasan dan bawahan dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja karyawan PT. Telkom Kandatel Semarang sehingga dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti-peneliti yang tertarik pada masalah terkait khususnya di orgasinasai sumber Daya Manusia.
Motivasi
Motivasi yang mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja sangat penting bagi suatu perusahaan agar dapt mencapai tujuannya.
- Menurut Alex.S.Nitisemito ( 2006 ) semangat kerja adalah “ melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Sedangkan kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan”.
- Menurut Gitosudarmo (1986: 77) motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan ini terdapat dua macam yaitu:
a.Motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut Insentif;
b.Motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.
Teori Motivasi
- Maslow (Gitosudarmo, 1986: 77) menyatakan bahwa kebutuhan manusia mengandung unsur bertingkat atau memiliki hierarkhi dari kebutuhan yang rendah sampai yang prioritas tinggi. Kebutuhan manusia yang paling dasar adalah kebutuhan fisik seperti makan, minum dan pakaian. Apabila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi secara cukup maka kebutuhan tersebut akan menduduki hierarkhi yang tertinggi dan kebutuhan yang lain menduduki hierarkhi rendah
Penelitian Terdahulu
- Absor Marantika, 2004, melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan prestasi Kerja dengan Lingkungan kerja Karyawan (Studi Kasus PT. Kereta Api Indonesia/Persero Tanjung Karang. Dari hasil penelitian menyabutkan Hubungan atasan dengan bawahan, hubungan antara sesama rekan kerja, Keadaan tempat kerja yang meliputi lingkungan dan fasilitas kerja serta peraturan / tata tertib yang diberlakukan ditempat kerja, semua variabel tersebut berpengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan.
- Iswahyu Hartati, 2005 melakukan penelitian kesesuaian kompensasi dan motivasi Kerja terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada skretariat Daerah Kabupaten Magelang. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kompensasi dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan baik secara individu maupun secara silmultan.
- Ni Ketut Sariyathi, 2003 meneliti tentang beberapa faktor yang berasosiasi dengan prestasi karyawan PDAM Kabupaten Klungkung. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat variabel yaitu motivasi, Kepuasan kerja, Lingkungan fisik, dan Kemampuan baik secara bersama-sama maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi pegawai PDAM Kabupaten Klungkung.
KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESA
Berangkat dari landasan teori dan hasil penelitian terdahulu serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, dimana peneliti ingin menemukan bukti empiris untuk menguji pengaruh lingkungan kerja dengan prestasi kerja karyawan.
Berdasarkan kerangka pikir teoritis dapat ditarik hipotesis :
H1: Diduga Motivasi berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan.
H2: Diduga Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan.
H3: Diduga Lingkungan fisik berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan
H4: Diduga Kemampuan berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Karyawan.
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah :
- Variabel bebas (independent)
adalah variabel yang besarnya dipengaruhi oleh variabel yang lain, dalam penelitian ini adalah: Motivasi, Kepuasan Kerja, Lingkungan Fisik, Kemampuan,
- Variabel Tergantung (Dependent)
adalah variabel yang besarnya dipengaruhi oleh variabel yang lain, dalam penelitian ini adalah Prestasi Kerja Karyawan (Y) Prestasi Kerja Karyawan diukur penilaian prilaku baik penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama, loyalitas, loyalitas, dedikasi dan partisipasi karyawan.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian terhadap hal-hal atau keadaan-keadaan yang tengah dihadapi sekarang ini dengan cara mengumpulkan data, mendiskripsikan data, menganalisis, dan menginterpretasikan data-data yang diperoleh dari responden. Macam dan Sumber Data
-Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dalam hal ini karyawan PT Telkom Kandatel Semarang
-Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literature yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Tehnik Pengumpulan Data
- Wawancara, yaitu dengan mewawancarai atau dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan berdasarkan daftar pertanyaan dan daftar perhitungan yang telah dipersiapkan lebih dahulu.
- Dokumenter, yaitu mengadakan penelitian secara langsung dengan maksud mencari data-data yang dibutuhkan, berupa catatatn-catatan aktivitas perusahaan yang bersangkutan selama periode tertentu.
- Studi pustaka, yaitu dengan menggunakan literatur-literatur atau buku-buku yang erat kaitannya dengan penulisan ini
Populasi dan Tehnik Penarikan Sampel
Menurut Kuncoro (2003), populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, obyek, transaksi atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telkom Kandatel Semarang.
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasinya. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu secara Convinien sampling (sampel kemudahan) yaituv sampel diambil pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya (Sugiarto, Siagian, Sunaryanto, Outomo, 2001 ) sampel diambil pada karyawan PT Telkom Kandatel Semarang sampai semua yang ditentukan terpenuhi untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, dengan karakteristik sampel sudah bergabung menjadi karyawan 1 tahun. Dimana penentuan karakteristik ini mempunyai maksud agar sampel benar-benar telah paham akan budaya organisasi PT Telkom Kandatel Semarang.
Metode Analisis
Uji Kualitas Data
Penelitian ini akan diuji menggunakan metode regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel – variabel yang terkait dalam penelitian.
-Uji Kualitas Data
-Uji Normalitas
-Uji Autokorelasi
-Uji Multikolinearitas
-Uji Heteroskedastisitas
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.Penerangan/cahaya di tempat kerja
2.Temperatur/suhu udara di tempat kerja
3.Kelembaban di tempat kerja
4.Sirkulasi udara di tempat kerja
5.Kebisingan di tempat kerja
6.Getaran mekanis di tempat kerja
7.Bau tidak sedap ditempat kerja
8.Tata warna di tempat kerja
9.Dekorasi di tempat kerja
10.Musik di tempat kerja
11.Keamanan di tempat kerja
3.
Judul : PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL
KABUPATEN MUARA ENIM
Pengarang : ANWAR PRABU
Tahun : 2009
TEMA
Motivasi Kerja dan Prestasi Kerja
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan motor penggerak sumber daya yang ada dalam rangka aktifitas dan rutinitas dari sebuah organisasi atau perusahaan. Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang tergolong dari berbagai status yang mana status tersebut berupa pendidikan, jabatan dan golongan,
pengalaman, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pengeluaran, serta tingkat usia dari masing - masing individu tersebut, Hasibuan (2000 : 147)
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana Lingkungan kerja yang menyenangkan, Tingkat pendidikan, Keinginan dan harapan serta Kebutuhan (Faktor-faktor motivasi yang dominan) mempengaruhi kepuasan
kerja.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja.
2. Untuk mengetahui bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan, Tingkat pendidikan,Keinginan dan harapan serta Kebutuhan, mempengaruhi kepuasan kerja.
1.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim, dan tentang waktu penelitian ini telah dilakukan pada setiap hari kerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Motivasi
“ Motivasi adalah pemberian kegairahan bekerja kepada pegawai. Dengan pemberian motivasi dimaksudkan pemberian daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya “ (Manullang, 1982 :150).
2.1.2. Jenis-jenis Motivasi
Ada 2 (dua) jenis motivasi positif dan motivasi negatif (Hasibuan, 1984 : 195).
- Motivasi positif (incentive positive), adalah suatu dorongan yang bersifat positif, yaitu jika pegawai dapat menghasilkan prestasi diatas prestasi standar, maka pegawai diberikan insentif berupa hadiah.
- Motivasi negatif (incentive negative), adalah mendorong pegawai
dengan ancaman hukuman, artinya jika prestasinya kurang dari prestasi standar akandikenakan hukuman. Sedangkan jika prestasi diatas standar tidak diberikan hadiah
2.1.4. Faktor-faktor Motivasi
- Gouzaly (2000 : 257) dalam bukunya, “Manajemen Sumber Daya Manusia”
mengelompokkan faktor-faktor motivasi kedalam dua kelompok yaitu, faktor eksternal(karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi).
Faktor eksternal
(karakteristik organisasi) yaitu : lingkungan kerja yang menyenangkan, tingkat kompensasi,supervisi yang baik, adanya penghargaan atas prestasi, status dan tanggung jawab.
Faktorinternal (karakteristik pribadi) yaitu : tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan, keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan, kelelahan dan kebosanan.
2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : (Hasibuan, Melayu 2001 :2003).
1. Balas jasa yang adil dan layak
2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian
3. Berat ringannya pekerjaan
4. Suasana dan lingkungan pekerjaan
5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya
7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak
Menurut, Robbins (1996 : 181) bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh:
1. Kerja yang secara mental menantang
2. Ganjaran yang pantas
3. Kondisi kerja yang mendukung
4. Rekan sekerja yang mendukung
5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
2.2. Penelitian Terdahulu
Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan yang akan dilakukan. Di bawah ini peneliti akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang pernah dilakukan : Penelitian yang dilakukan oleh Darwin Azhar (2002), dengan judul “ Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja pada PT. Putra Darma Cemerlang Palembang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa motivasi berpengaruh nyata terhadap kepuasan kerja pegawai. Keadaan ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Regresi Linear berupa Adjusted R2 sebesar 0,970.
2.3. Hipotesis
Faktor External Motivasi yaitu :
H1 : Faktor Lingkungan kerja, Tingkat Pendidikan, Keinginan dan Harapan serta Kebutuhan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Muara Enim.
H2 : Faktor kebutuhan memiliki pengaruh yang dominan terhadap kepuasan kerja pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Muara Enim.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian dilakukan pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim dengan alamat Jl. DR. AK. Gani No. 99 Muara Enim.
2. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh PNS Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim
3.2. Batasan Operasional dan Pengukuran Variabel
3.2.1. Identifikasi Variabel
Variabel bebas adalah :
- Lingkungan kerja (X1) : Lingkungan / kondisi kerja yang kondusif akan membangkitkan semangat atau gairah bekerja para pegawai, atau dengan kata lain lingkungan kerja yang baik seperti penyusunan tempat kerja, tata ruang dan alat perlengkapan kantor yang baik,akan membantu kelancaran proses pelaksanaan tugas. Selain dari pada itu, gaya kepemimpinan yang tidak otoriter, namun persuasif dan komunikatif dalam arti mau
mendengar saran dan pendapat menampung keluhan para pegawai serta tidak
meremehkan mereka dalam organisasi akan menciptakan lingkungan yang sehat.
- Tingkat Pendidikan (X2) : Merupakan karakteristik individu yang menjadi sumber status yang penting dalam organisasi. Pendidikan adalah lambang dari status yang tinggi danjenjang kepangkatan yang tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan seseorang yang dicapai, semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan.
- Keinginan dan harapan pribadi (X3) : sehubungan dengan faktor kebutuhan (X4) di atas, manusia mempunyai keinginan yang tidak putus-putusnya, karena itu semua kebutuhan adalah tidak pernah dapat dipenuhi secara sempurna. Untuk memenuhinya manusia berusaha dengan keras dan senantiasa mengembangkan potensi dirinya sehingga menghasilkan yang terbaik.
- Kebutuhan (X4) : Kebutuhan adalah merupakan dorongan kepentingan yang ada dalam diri setiap individu. Sehubungan dengan pekerjaan, maka kepentingan individu-individu dalam hal ini pegawai, disamping untuk memenuhi kebutuhan dasarnya organisasi juga merupakan wadah bagi pengembangan dirinya.
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah Pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim berjumlah 70 orang.
3.3.2. Jenis dan Sumber Data
Data primer, adalah data yang penulis peroleh langsung dari responden yaitu seluruh Pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim, dengan menggunakan daftar pernyataan yang telah disediakan (kuesioner).
Sabtu, 01 Oktober 2011
3 TUGAS JOURNAL - METODE RISET
Nama : Yuni Anita
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DESA
Gregorius Sahdan
Maret, 2005
TEMA
Rakyat dan Kemiskinan
LATAR BELAKANG MASALAH :
FENOMENA
Rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia.Secara menyeluruh Dan kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Sehingga menyebabkan :
RISET PENELITIAN
- Tahun 1998 dari 49,5 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia
sekitar 60%-nya (29,7 juta jiwa) tinggal di daerah pedesaan
- Tahun 1999, prosentase angka kemiskinan mengalami penurunan
dari 49,5 juta jiwa menjadi 37,5 juta jiwa.
- Prosentase kemiskinan di daerah perkotaan mengalami penurunan, tetapi
prosentase kemiskinan di daerah pedesaan justru mengalami peningkatan
dari 60% tahun 1998 menjadi 67% tahun 1999 sebesar 25,1 juta jiwa,
sementara di daerah perkotaan hanya mencapai 12,4 juta jiwa (Data
BAPPENAS, 2004).
- laporan Kompas tahun 2004 yang menyajikan bahwa lebih dari 60% penduduk
miskin Indonesia tinggal di daerah pedesaan
MOTIVASI PENELITIAN
Merubah pola penanggulangan kemiskinan yang selama 3 dekade telah salah sehingga keberlanjutannya sangat bergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Yaitu dengan cara :
o Meningkatkan mutu sumber daya manusia desa melalui pendidikan
formal dan nonformal;
o Meningkatkan ketersediaan sumber-sumber biaya pembangunan desa
dengan alokasi anggaran yang jelas dari pusat, provinsi dan
kabupaten;
o Menata lembaga pemerintahan desa yang lebih efektif dan
demokratis;
o Membangun sistem regulasi (PERDes) yang jelas dan tegas;
o mewujudkan otonomi desa untuk memberikan ruang partisipasi dan
kreativitas masyarakat;
o Mengurangi praktek korupsi di birokrasi pemerintah desa melalui
penerapan tatanan pemerintahan yang baik;
o Menciptakan sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih,
akuntabel, transparan, efisien dan berwibawa;
o meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam pengambilan
kebijakan publik;
o memberikan ruang yang cukup luas bagi keterlibatan perempuan dalam
proses pengambilan kebijakan publik.
MASALAH
- Anak – anak desa miskin akan pendidikan yang berkualitas
- Kesulitan membiayai kesehatan,
- Kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi,
- Kurangnya akses ke pelayanan publik,
- Kurangnya lapangan pekerjaan,
- Kurangnya jaminan sosial dan perlindungan
- Terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota,
- Dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat
memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas
TUJUAN PENELITIAN
- Meningkatkan mutu sumber daya manusia desa melalui pendidikan formal
dan nonformal;
- Meningkatkan ketersediaan sumber-sumber biaya pembangunan desa dengan
alokasi anggaran yang jelas dari pusat, provinsi dan kabupaten;
- Menata lembaga pemerintahan desa yang lebih efektif dan
demokratis;membangun sistem regulasi (PERDes) yang jelas dan tegas;
mewujudkan otonomi desa untuk memberikan ruang partisipasi dan
kreativitas masyarakat;
- Mengurangi praktek korupsi di birokrasi pemerintah desa melalui
penerapan tatanan pemerintahan yang baik;
- Menciptakan sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih, akuntabel,
transparan, efisien dan berwibawa;
- Meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam pengambilan kebijakan
publik;
- Memberikan ruang yang cukup luas bagi keterlibatan perempuan dalam
proses pengambilan kebijakan publik.
METODELOGI
Bertujuan mengantisipasi kenaikan tingkat kemiskinan desa
DATA SAMPEL
Populasi masyarakat desa
TAHAPAN PENELITIAN
Data yang dihimpun UNSFIR menggambarkan bahwa dalam waktu 3 tahun (1997-2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan korban 10.700 orang, dan lebih dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah pengungsi cenderung menurun, tetapi pada tahun 2001 diperkirakan masih ada lebih dari 850.000 pengungsi di berbagai daerah konflik; lemahnya partisipasi. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog dan lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan.
MODEL PENELTIAN
2. PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN
DI PROPINSI DIY
Awan Santosa, Dadit G. Hidayat, dan Puthut Indroyono
TEMA
Rakyat dan Kemiskinan
LATAR BELAKANG MASALAH
FENOMENA
- Desa tertinggal yang semakin membutuhkan pembaharuan
- Kemiskinan perkotaan semakin menjadi perhatian pemerintah setempat
RISET PENELITIAN
- September 2002 – Januari 2003
Penelitian menggunakan data primer melalui wawancara langsung (in-depth
Interview) dengan penerima program Pengambilan sampel dilakukan secara
acak (random sampling).
MOTIVASI PENELITIAN
- Menjadikan masyarakat DI Yogayakarta bebas dari kemiskinan yang melanda
- Mengembangkan sektor ekonomi pertanian, perdagangan, dan pariwisata
MASALAH
- Masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat DI Yogyakarta
- Tingkat kemiskinan yang masih belum berkurang
- Pendidikan rakyat yang masih sangat terbatas
- Kepercayaan masyarakat yg masih sangat primitif sehingga
mengabaikan teknologi
TUJUAN PENELITIAN
- Mengefisiensikan tujuan tujuan program penganggulangan kemiskinan
- Penyaluran dana yang tepat bagi lapisan rakyat yang membutuhkan
- Mengikis tingkat desa tertinggal
METODELOGI
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program IDT, PPK, dan P2KP serta program padat karya dalam meningkatkan pendapatan penerima program dan menurunkan tingkat kemiskinan penerima program, serta untuk mengevaluasi tingkat efisiensi penyaluran dana setiap program dan tingkat kelangsungan dana program yang dilaksanakan.
DATA SAMPEL
- Populasi masyarakat DI Yogayakarta Desa Inpres Tertinggal
- Populasi program PPK dan P2K
TAHAPAN PENELITIAN
Dengan masih menggunakan sample random, jumlah responden program kerja mandiri (PKM) dalam penelitian ini adalah 80 responden, yang berasal dari 3 jenis program yaitu program IDT, program PPK, dan program P2KP, masing-masing sebesar 38 responden, 32 responden, dan 10 responden. Responden ini diambil dari 6 desa di 5 kabupaten/kota di wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Empat lokasi pertama berada di lingkungan perdesaan di empat kabupaten di propinsi DIY, yaitu desa Karangawen di kabupaten Gunungkidul, desa Srikayangan di kabupaten Kulonprogo, desa Selopamioro di kabupaten Bantul, dan desa Sambirejo di kabupaten Sleman. Sedangkan dua lokasi terakhir adalah kelurahan Purwokinanti dan kelurahan Mantrijeron yang berada di daerah perkotaan Yogyakarta.
MODEL PENELITIAN
3. MENANGGULANGI KEMISKINAN DI KOTA CILEGON
Mubyarto
Nopember - 2003
TEMA
Rakyat dan Kemiskinan
LATAR BELAKANG MASALAH :
FENOMENA
penduduk yang miskin yang belum memperoleh tingkat kesejahteraan yang “manusiawi” dan masyarakat yang belum memperoleh keadilan sosial.
RISET PENELITIAN
Kota Cilegon adalah kota industri sehingga 64% PDRB disumbang oleh sektor industri pengolahan yang didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (11,1%) dan listrik, gas, dan air minum (10,2%). Ketiga sektor ini saja sudah menyumbang 85,3% dari total PDRB. Sektor listrik yang mendukung langsung industri pengolahan meningkat 37% per tahun (1999-2001).
MOTIVASI PENELITIAN
-Mengurangi Kemiskinan penduduk
-Memajukan sektor ekonomi pertanian, pertambangan, dan penggalian
Industri, Listrik Gas dan Air Minum
MASALAH
Terbukti PDRB per kapita tidak dapat dijadikan ukuran kemakmuran penduduknya karena harus diketahui bagaimana pembagian PDRB atau pendapatan regional dibagi kepada penduduknya.
TUJUAN PENELITIAN
Memajukan dan mengembangkan pembedayaan masyarakat cilegon
METODELOGI
Bertujuan menjadikan Cilegon sebagai daerah industri
DATA SAMPEL
Populasi masyarakat Cilegon
TAHAPAN PENELITIAN
pada tahun 1999, sektor keuangan non-bank hanya 27% dari total keuangan bank dan non-bank, pada tahun 2001 meningkat menjadi 98%. Secara keseluruhan peranan sumbangan sektor keuangan menurun dari Rp 47,3 milyar tahun 1999 menjadi hanya Rp 21,4 milyar tahun 2001 atau kurang dari separo. Sumbangan sektoral terbesar pada pertumbuhan PDRB adalah sektor listrik, gas, dan air minum (22%), sedangkan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan –3,1%.
MODEL PENELTIAN
Kelas : 3EA10
NPM : 13209699
1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DESA
Gregorius Sahdan
Maret, 2005
TEMA
Rakyat dan Kemiskinan
LATAR BELAKANG MASALAH :
FENOMENA
Rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia.Secara menyeluruh Dan kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Sehingga menyebabkan :
RISET PENELITIAN
- Tahun 1998 dari 49,5 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia
sekitar 60%-nya (29,7 juta jiwa) tinggal di daerah pedesaan
- Tahun 1999, prosentase angka kemiskinan mengalami penurunan
dari 49,5 juta jiwa menjadi 37,5 juta jiwa.
- Prosentase kemiskinan di daerah perkotaan mengalami penurunan, tetapi
prosentase kemiskinan di daerah pedesaan justru mengalami peningkatan
dari 60% tahun 1998 menjadi 67% tahun 1999 sebesar 25,1 juta jiwa,
sementara di daerah perkotaan hanya mencapai 12,4 juta jiwa (Data
BAPPENAS, 2004).
- laporan Kompas tahun 2004 yang menyajikan bahwa lebih dari 60% penduduk
miskin Indonesia tinggal di daerah pedesaan
MOTIVASI PENELITIAN
Merubah pola penanggulangan kemiskinan yang selama 3 dekade telah salah sehingga keberlanjutannya sangat bergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Yaitu dengan cara :
o Meningkatkan mutu sumber daya manusia desa melalui pendidikan
formal dan nonformal;
o Meningkatkan ketersediaan sumber-sumber biaya pembangunan desa
dengan alokasi anggaran yang jelas dari pusat, provinsi dan
kabupaten;
o Menata lembaga pemerintahan desa yang lebih efektif dan
demokratis;
o Membangun sistem regulasi (PERDes) yang jelas dan tegas;
o mewujudkan otonomi desa untuk memberikan ruang partisipasi dan
kreativitas masyarakat;
o Mengurangi praktek korupsi di birokrasi pemerintah desa melalui
penerapan tatanan pemerintahan yang baik;
o Menciptakan sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih,
akuntabel, transparan, efisien dan berwibawa;
o meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam pengambilan
kebijakan publik;
o memberikan ruang yang cukup luas bagi keterlibatan perempuan dalam
proses pengambilan kebijakan publik.
MASALAH
- Anak – anak desa miskin akan pendidikan yang berkualitas
- Kesulitan membiayai kesehatan,
- Kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi,
- Kurangnya akses ke pelayanan publik,
- Kurangnya lapangan pekerjaan,
- Kurangnya jaminan sosial dan perlindungan
- Terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota,
- Dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat
memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas
TUJUAN PENELITIAN
- Meningkatkan mutu sumber daya manusia desa melalui pendidikan formal
dan nonformal;
- Meningkatkan ketersediaan sumber-sumber biaya pembangunan desa dengan
alokasi anggaran yang jelas dari pusat, provinsi dan kabupaten;
- Menata lembaga pemerintahan desa yang lebih efektif dan
demokratis;membangun sistem regulasi (PERDes) yang jelas dan tegas;
mewujudkan otonomi desa untuk memberikan ruang partisipasi dan
kreativitas masyarakat;
- Mengurangi praktek korupsi di birokrasi pemerintah desa melalui
penerapan tatanan pemerintahan yang baik;
- Menciptakan sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih, akuntabel,
transparan, efisien dan berwibawa;
- Meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam pengambilan kebijakan
publik;
- Memberikan ruang yang cukup luas bagi keterlibatan perempuan dalam
proses pengambilan kebijakan publik.
METODELOGI
Bertujuan mengantisipasi kenaikan tingkat kemiskinan desa
DATA SAMPEL
Populasi masyarakat desa
TAHAPAN PENELITIAN
Data yang dihimpun UNSFIR menggambarkan bahwa dalam waktu 3 tahun (1997-2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan korban 10.700 orang, dan lebih dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah pengungsi cenderung menurun, tetapi pada tahun 2001 diperkirakan masih ada lebih dari 850.000 pengungsi di berbagai daerah konflik; lemahnya partisipasi. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog dan lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan.
MODEL PENELTIAN
2. PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN
DI PROPINSI DIY
Awan Santosa, Dadit G. Hidayat, dan Puthut Indroyono
TEMA
Rakyat dan Kemiskinan
LATAR BELAKANG MASALAH
FENOMENA
- Desa tertinggal yang semakin membutuhkan pembaharuan
- Kemiskinan perkotaan semakin menjadi perhatian pemerintah setempat
RISET PENELITIAN
- September 2002 – Januari 2003
Penelitian menggunakan data primer melalui wawancara langsung (in-depth
Interview) dengan penerima program Pengambilan sampel dilakukan secara
acak (random sampling).
MOTIVASI PENELITIAN
- Menjadikan masyarakat DI Yogayakarta bebas dari kemiskinan yang melanda
- Mengembangkan sektor ekonomi pertanian, perdagangan, dan pariwisata
MASALAH
- Masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat DI Yogyakarta
- Tingkat kemiskinan yang masih belum berkurang
- Pendidikan rakyat yang masih sangat terbatas
- Kepercayaan masyarakat yg masih sangat primitif sehingga
mengabaikan teknologi
TUJUAN PENELITIAN
- Mengefisiensikan tujuan tujuan program penganggulangan kemiskinan
- Penyaluran dana yang tepat bagi lapisan rakyat yang membutuhkan
- Mengikis tingkat desa tertinggal
METODELOGI
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program IDT, PPK, dan P2KP serta program padat karya dalam meningkatkan pendapatan penerima program dan menurunkan tingkat kemiskinan penerima program, serta untuk mengevaluasi tingkat efisiensi penyaluran dana setiap program dan tingkat kelangsungan dana program yang dilaksanakan.
DATA SAMPEL
- Populasi masyarakat DI Yogayakarta Desa Inpres Tertinggal
- Populasi program PPK dan P2K
TAHAPAN PENELITIAN
Dengan masih menggunakan sample random, jumlah responden program kerja mandiri (PKM) dalam penelitian ini adalah 80 responden, yang berasal dari 3 jenis program yaitu program IDT, program PPK, dan program P2KP, masing-masing sebesar 38 responden, 32 responden, dan 10 responden. Responden ini diambil dari 6 desa di 5 kabupaten/kota di wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Empat lokasi pertama berada di lingkungan perdesaan di empat kabupaten di propinsi DIY, yaitu desa Karangawen di kabupaten Gunungkidul, desa Srikayangan di kabupaten Kulonprogo, desa Selopamioro di kabupaten Bantul, dan desa Sambirejo di kabupaten Sleman. Sedangkan dua lokasi terakhir adalah kelurahan Purwokinanti dan kelurahan Mantrijeron yang berada di daerah perkotaan Yogyakarta.
MODEL PENELITIAN
3. MENANGGULANGI KEMISKINAN DI KOTA CILEGON
Mubyarto
Nopember - 2003
TEMA
Rakyat dan Kemiskinan
LATAR BELAKANG MASALAH :
FENOMENA
penduduk yang miskin yang belum memperoleh tingkat kesejahteraan yang “manusiawi” dan masyarakat yang belum memperoleh keadilan sosial.
RISET PENELITIAN
Kota Cilegon adalah kota industri sehingga 64% PDRB disumbang oleh sektor industri pengolahan yang didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (11,1%) dan listrik, gas, dan air minum (10,2%). Ketiga sektor ini saja sudah menyumbang 85,3% dari total PDRB. Sektor listrik yang mendukung langsung industri pengolahan meningkat 37% per tahun (1999-2001).
MOTIVASI PENELITIAN
-Mengurangi Kemiskinan penduduk
-Memajukan sektor ekonomi pertanian, pertambangan, dan penggalian
Industri, Listrik Gas dan Air Minum
MASALAH
Terbukti PDRB per kapita tidak dapat dijadikan ukuran kemakmuran penduduknya karena harus diketahui bagaimana pembagian PDRB atau pendapatan regional dibagi kepada penduduknya.
TUJUAN PENELITIAN
Memajukan dan mengembangkan pembedayaan masyarakat cilegon
METODELOGI
Bertujuan menjadikan Cilegon sebagai daerah industri
DATA SAMPEL
Populasi masyarakat Cilegon
TAHAPAN PENELITIAN
pada tahun 1999, sektor keuangan non-bank hanya 27% dari total keuangan bank dan non-bank, pada tahun 2001 meningkat menjadi 98%. Secara keseluruhan peranan sumbangan sektor keuangan menurun dari Rp 47,3 milyar tahun 1999 menjadi hanya Rp 21,4 milyar tahun 2001 atau kurang dari separo. Sumbangan sektoral terbesar pada pertumbuhan PDRB adalah sektor listrik, gas, dan air minum (22%), sedangkan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan –3,1%.
MODEL PENELTIAN
Langganan:
Postingan (Atom)